Publikasi Statistik
Kriminal 2019 ini menyajikan
gambaran umum mengenai tingkat dan perkembangan kriminalitas di Indonesia
selama periode tahun 2016–2018. Informasi yang disajikan mencakup tiga
pendekatan utama statistik kriminal, yakni pendekatan pelaku, korban, dan kewilayahan. Data yang disajikan
diperoleh dari dua sumber utama statistik kriminal, yaitu (1) Data berbasis registrasi (administrative based data) yakni data kriminal yang dihimpun oleh Kepolisian Republik
Indonesia (POLRI) dan (2) Data berbasis survei (survey based data) yakni data kriminal yang bersumber dari Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) dan Pendataan Potensi Desa (Podes) yang dihasilkan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS).Data
registrasi Polri mencatat
bahwa tingkat kejahatan (crime rate) selama periode tahun 2016-2018 mengalami penurunan.
Tingkat resiko terkena tindak kejahatan setiap 100 ribu
penduduk pada tahun 2015 sekitar 140, menjadi
129 pada tahun 2017,
dan menurun menjadi 113
pada tahun 2018.Data
Susenas yang menggambarkan persentase penduduk menjadi
korban kejahatan di Indonesia selama periode tahun 2016–2018 juga memperlihatkan
pola yang fluktuatif. Persentase penduduk korban
kejahatan mengalami penurunan dari 1,22 persen
pada tahun 2016 menjadi 1,08 persen pada tahun 2017, dan meningkat menjadi 1,11
persen pada 2018.
Berdasarkan
data Podes, selama tahun 2011-2018 jumlah desa/kelurahan yang menjadi ajang konflik
massal cenderung meningkat, dari sekitar 2.500 desa pada tahun 2011
menjadi sekitar 2.700
desa/kelurahan pada tahun 2014, dan
kembali meningkat menjadi sekitar 3.100 desa/kelurahan pada tahun 2018.
Publikasi ini merupakan laporan dari hasil pendataan potensi desa (Podes). Cakupan data pada publikasi ini yaitu keterangan umum desa, kependudukan, lingkungan hidup, perumahan dan pemukiman, fasilitas pendidikan, kegiatan/lembaga social budaya, rekreasi dan hiburan, fasilitas kesehatan, gizi dan keluarga berencana, angkutan dan komunikasi, lahan dan penggunaannya, ekonomi, keamanan dan keterangan kepala desa di Provinsi Bali
Publikasi Statistik
Kriminal 2018 ini menyajikan
gambaran umum mengenai tingkat dan perkembangan kriminalitas di Indonesia
selama periode tahun 2015–2017. Informasi yang disajikan mencakup tiga
pendekatan utama statistik kriminal, yakni pendekatan pelaku, pendekatan korban, dan pendekatan kewilayahan. Data yang disajikan
diperoleh dari dua sumber utama statistik kriminal, yaitu (1) Data berbasis registrasi (administrative based data) yakni data kriminal yang dihimpun oleh Kepolisian Republik
Indonesia (POLRI) dan (2) Data berbasis survei (survey based data) yakni data kriminal yang bersumber dari Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) dan Pendataan Potensi Desa (Podes) yang dihasilkan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS).Data registrasi Polri mencatat bahwa tingkat kejahatan (crime
rate) selama periode tahun 2015-2017 mengalami penurunan. Jumlah orang yang terkena tindak
kejahatan setiap 100 ribu penduduk pada tahun 2015 sekitar 140 orang, menjadi 140 orang pada tahun
2016, dan menurun menjadi 129 orang pada tahun 2017.Data Susenas yang menggambarkan persentase penduduk menjadi korban kejahatan di
Indonesia selama periode tahun 2016–2017 juga memperlihatkan pola yang mirip. Persentase penduduk korban kejahatan mengalami penurunan
dari 1,22 persen pada tahun 2016 menjadi 1,18 persen pada tahun 2017.
Berdasarkan
data Podes periode tahun 2011-2018 jumlah desa/kelurahan yang menjadi ajang konflik massal
cenderung meningkat, dari sekitar 2.500 desa pada tahun 2011 menjadi
sekitar 2.800 desa/kelurahan pada tahun 2014, dan
kembali meningkat menjadi sekitar 3.100 desa/kelurahan pada tahun 2018.
Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2012: TA 2012/2013
2013: TA 2013/2014
2014: TA 2014/2015
2015: TA 2015/2016
2016: TA 2016/2017
2017: TA 2017/2018
2018: TA 2018/2019
Publikasi Statistik Kriminal 2020 ini menyajikan gambaran umum mengenai tingkat dan perkembangan kriminalitas di Indonesia selama periode tahun 2017–2019. Informasi yang disajikan mencakup tiga pendekatan utama statistik kriminal, yakni pendekatan pelaku, korban, dan kewilayahan.Data yang disajikan diperoleh dari dua sumber utama statistik kriminal, yaitu (1) Data berbasis registrasi (administrative based data) yakni data kriminal yang dihimpun oleh Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) dan (2) Data berbasis survei (survey based data) yakni data kriminal yang bersumber dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Pendataan Potensi Desa (Podes) yang dihasilkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).Data registrasi Polri mencatat bahwa tingkat kejahatan (crime rate) selama periode tahun 2017–2019 mengalami penurunan. Tingkat resiko terkena tindak kejahatan setiap 100 ribu penduduk pada tahun 2017 sekitar 129, menjadi 113 pada tahun 2018, dan menurun menjadi 103 pada tahun 2019.Data Susenas yang menggambarkan persentase penduduk menjadi korban kejahatan di Indonesia selama periode tahun 2018–2019 juga memperlihatkan pola menurun. Persentase penduduk korban kejahatan mengalami penurunan dari 1,11 persen pada tahun 2018 menjadi 1,01 persen pada tahun 2019.Berdasarkan data Podes, selama tahun 2011-2018 jumlah desa/kelurahan yang menjadi ajang konflik massal cenderung meningkat, dari sekitar 2.500 desa pada tahun 2011 menjadi sekitar 2.700 desa/kelurahan pada tahun 2014, dan kembali meningkat menjadi sekitar 3.100 desa/kelurahan pada tahun 2018.
Level and volatility of Indonesia’s inflation rate was higher during the period 2011-2013. While most of ASEAN Member State (AMS) shared a fluctuative rate, Indonesia’s inflation rate kept increasing from 3.8 percet in 2011 up to 8.3 percent in 2013. Inflation rate of some countries such as Brunei, Cambodia, Lao PDR, Malaysia, Philippines, and Viet Nam decreased in 2012 and back to increase in 2013. Unlike these countries, inflation rate of Myanmar and Thailand increased in 2012 and decreased in 2013. Singapore is the only one who has a low inflation and becomes smaller from 2011 to 2013. In 2011 among the ASEAN countries, the highest inflation rate was showed by Viet Nam at 18.13 percent.
Publikasi ini merupakan hasil pencacahan Potensi Desa dalam rangkaian kegiatan Sensus Ekonomi (SE) 2006. Cakupan data pada publikasi ini yaitu keterangan umum desa, kependudukan, lingkungan hidup, perumahan dan pemukiman, fasilitas pendidikan, kegiatan/ lembaga sosial budaya, rekreasi dan hiburan, fasilitas kesehatan, gizi dan keluarga berencana (KB), angkutan dan komunikasi, lahan dan penggunaannya, ekonomi, keamanan dan keterangan kepala desa di Indonesia
Publikasi ini merupakan laporan dari hasil pendataan potensi desa (Podes) yang diselenggarakan pada bulan Mei 2008. Cakupan data pada publikasi ini yaitu keterangan umum desa, kependudukan, lingkungan hidup, perumahan dan pemukiman, fasilitas pendidikan, kegiatan/lembaga social budaya, rekreasi dan hiburan, fasilitas kesehatan, gizi dan keluarga berencana, angkutan dan komunikasi, lahan dan penggunaannya, ekonomi, keamanan dan keterangan kepala desa di Indonesia