Merupakan fitur yang memungkinkan pengguna untuk mencari kata kunci di dalam dokumen Publikasi
Badan Pusat Statistik RI
Lihat PublikasiMenampilkan 39 halaman dengan kata kunci "Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010"
Ps //W Ww .Bp S.G O.I D Ii Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010 ISBN No. Publikasi 04000.1 Katalog BPS Ukuran Buku B5 18,2 Cm X 25,7 Cm Jumlah Halaman Viii 48 Halaman Naskah Subdirektorat Statistik Demografi Penulis Diah Ikawati, MAPS Penyunting 1. Krismawati, MA 2. Margo Yuwono, S.Si, M.Si 3. Dr. Suhariyanto Gambar Kulit Subdirektorat Publikasi dan Kompilasi Statistik Diterbitkan Oleh Badan Pusat Statistik, Jakarta-Indonesia Dicetak Oleh Boleh Dikutip Dengan Menyebut Sumbernya.
Ps //W Ww .Bp S. O.I D 3Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia METODOLOGI2. Sumber Data2.1. Data Yang Digunakan Untuk Penghitungan AKB dan AHH Bersumber Dari Sensus Penduduk, Survei Atau Registrasi. Namun Sumber Utama Di Indonesia Adalah Sensus dan Survei KePendudukan, Karena Registrasi Penduduk Di Indonesia Belum Berjalan Secara Baik dan Belum Mencakup Seluruh Lapisan Masyarakat. Sumber Data Yang Digunakan Dalam Estimasi Penghitungan AKB Dalam Publikasi Ini Adalah SP71, SP80, SP90, SP2000, dan SP2010. Dalam Sensus Penduduk Mencakup Pendataan Bagi Seluruh Penduduk, Sehingga Diharapkan Hasilnya Dapat Menggambarkan Keadaan Yang Sebenarnya dan Dapat Disajikan Sampai Tingkat Kabupaten/Kota. Data Dari Survei KePendudukan Tidak Digunakan Dengan Alasan Survei Dilaksanakan Secara Sampel Sedangkan Kematian Merupakan Kasus Yang Jarang Terjadi, Sehingga Tidak Memungkinkan Untuk Menyajikan Data Dari Hasil Survei Sampai Tingkat Kabupaten/Kota. Pada SP2010, Data Mengenai Kematian Diperoleh Dari Daftar SP2010-C1. Data- Data Tersebut Digunakan Untuk Memperkirakan Angka Kematian Seperti Kematian Kasar, Kematian Menurut Kelompok Umur, Kematian Bayi dan Anak, Serta Kematian Maternal. Kematian Bayi dan Anak Dapat Dihitung Dengan Menggunakan Metode Langsung Direct Method Maupun Metode Tidak Langsung Indirect Method, Seperti Metode Brass, Sullivan, Feeney dan Trussell. Sedangkan Program Komputer Yang Biasa Digunakan Untuk Penghitungan AKB Adalah Micro Computer Programs For Demographic Analysis MCPDA dan Mortpak. Pertanyaan Yang Digunakan Untuk Menghitung Angka Kematian Bayi dan Anak Secara Tidak Langsung Adalah Pertanyaan-Pertanyaan Yang Ditujukan Kepada Perempuan Pernah Kawin Berumur 10 Tahun Ke Atas Daftar SP2010-C1 Pertanyaan 219-221
Ps //W Ww . P S.G O.I D 4 Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia Data Jumlah Kelahiran Yang Digunakan Untuk Menghitung Angka Kematian Bayi dan Rasio Kematian Maternal Dapat Diperoleh Dari Pertanyaan 221, Dengan Asumsi Bahwa Wanita Yang Melahirkan Lebih Dari Satu Kali Pada Periode 1 Januari 2009 Sampai Dengan Mei 2010 Relatif Sedikit, dan Wanita Yang Pernah Melahirkan Pada Periode 1 Januari 2009 Sampai Dengan Mei 2010 dan Sudah Meninggal Pada Saat Sensus Relatif Sedikit. Berdasarkan Kedua Asumsi Ini Maka Jumlah Wanita Yang Melahirkan Sama Dengan Jumlah Kelahiran. Sedangkan Pertanyaan Yang Digunakan Untuk Menghitung Indikator Kematian Secara Langsung Adalah Pertanyaan Pada Daftar SP2010-C1 Blok III, Yaitu Tentang Kematian, Yang Terdiri Dari Pertanyaan 301-308. Definisi Operasional2.2. Penduduka. Dalam SP2010, Pencacahan Penduduk Menggunakan Konsep De Jure Atau Konsep Dimana Seseorang Biasanya Menetap/Bertempat Tinggal Usual Residence dan
Ps //W Ww .Bp S.G O.I D 5Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia Konsep De Facto Atau Konsep Dimana Seseorang Berada Pada Saat Pencacahan. Untuk Penduduk Yang Bertempat Tinggal Tetap, Dicacah Dimana Mereka Biasanya Bertempat Tinggal. Penduduk Yang Sedang Bepergian 6 Bulan Atau Lebih, Atau Yang Telah Berada Pada Suatu Tempat Tinggal Selama 6 Bulan Atau Lebih, Dicacah Dimana Mereka Tinggal Pada Saat Pencacahan. Penduduk Yang Menempati Rumah Kontrak/ Sewa Tahunan/Bulanan Dianggap Sebagai Penduduk Yang Bertempat Tinggal Tetap. Penduduk Suatu Wilayah Didefinisikan Sebagai Orang Yang Biasa Sehari-Hari Tinggal Di Wilayah Itu. Cara Ini Disebut Juga Menggunakan Konsep Usual Residence. Pencatatan Penduduk Dilakukan Secara Aktif, Yaitu Petugas Pendata Mendatangi Penduduk Dari Rumah Ke Rumah Door To Door. Penduduk Yang DiSensus Di Rumah Tangga Meliputi Bayi Yang Baru Lahir, Tamu Yang Sudah Tinggal 6 Bulan Atau Lebih, Termasuk Tamu Yang Belum Tinggal 6 Bulan Tetapi Sudah Meninggalkan Rumahnya 6 Bulan Atau Lebih, Orang Yang Tinggal Kurang Dari 6 Bulan Tetapi Berniat Menetap, Pembantu Rumah Tangga, Tukang Kebun Atau Sopir Yang Tinggal dan Makannya Dalam Rumah Tangga Yang Sama Dengan Majikannya,dan Orang Yang Mondok Indekost Dengan Makan. Rumah Tanggab. Rumah Tangga Adalah Sekelompok Orang Yang Mendiami Sebagian Atau Seluruh Bangunan Fisik Atau Sensus dan Biasanya Tinggal Bersama Serta Pengelolaan Makannya Dari Satu Dapur. Satu Rumah Tangga Dapat Terdiri Dari Hanya Satu Anggota Rumah Tangga. Yang Dimaksud Dengan Satu Dapur Adalah Pengurusan Kebutuhan Sehari-Harinya Dikelola Menjadi Satu. Kepala Rumah Tanggac. Kepala Rumah Tangga Adalah Salah Seorang Dari Anggota Rumah Tangga Yang Bertanggung Jawab Atas Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari Di Rumah Tangga Atau Orang Yang Dituakan/Dianggap/Ditunjuk Sebagai Kepala Rumah Tangga. Anggota Rumah Tanggad. Anggota Rumah Tangga Adalah Semua Orang Yang Biasanya Bertempat Tinggal Di Suatu Rumah Tangga, Baik Yang Sedang Berada Di Rumah Pada Waktu Pendaftaran Bangunan dan Rumah Tangga Maupun Yang Sementara Tidak Berada Di Rumah. Umure. Umur Dihitung Dalam Tahun Dengan Pembulatan Ke Bawah Atau Sama Dengan Umur Pada Waktu Ulang Tahun Yang Terakhir.
Ps //W Ww .Bp S.G O.I D 6 Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia Angka Kematian Bayi Akbf. Angka Kematian Bayi Didefinisikan Sebagai Banyaknya Kematian Bayi Usia Di Bawah Satu Tahun, Per 1.000 Kelahiran Hidup Pada Satu Tahun Tertentu. Kematian Bayi Yang Digunakan Untuk Menghitung AKB Adalah Kematian Bayi Yang Terjadi Antara Saat Setelah Bayi Lahir Sampai Bayi Belum Berusia Satu Tahun, Bayi Yang Lahir Harus Dalam Keadaan Hidup. Dua Macam Cara Yang Biasa Digunakan Dalam Memperkirakan Tingkat Kematian Bayi Ialah Cara Langsung Direct Method dan Cara Tidak Langsung Indirect Method. Cara Langsung Mengumpulkan Keterangan Mengenai Kematian Yang Terjadi Selama Kurun Waktu Tertentu Biasanya Satu Tahun Sebelum Waktu Wawancara dan Membagi Angka Tadi Dengan Penyebut Yang Tepat, Biasanya Jumlah Penduduk BPS, 2006. Rumus Penghitungan AKB Secara Langsung Angka Kematian Bayi Jumlah Kematian Bayi Berumur Kurang Dari Satu Tahun Pada Tahun Tertentu Di Daerah Tertentu Jumlah Kelahiran Hidup Pada Tahun Tertentu Di Daerah Tertentu Bilangan Konstan, 1000 Cara Tidak Langsung Memperkirakan AKB Dengan Menggunakan Informasi Tertentu Yang Tidak Berhubungan Langsung Dengan Data Kematian, Misalnya Struktur Umur Penduduk, Komposisi Anggota Rumah Tangga, Jumlah Anak Lahir Hidup, dan Jumlah Anak Yang Masih Hidup, Yang Kemudian Dikonversikan Dengan Metode Tertentu. Ada Beberapa Metode Penghitungan AKB. Pada Tahun 1964 Untuk Pertama Kalinya Brass Memperkenalkan Suatu Metode Yang Kemudian DikembAngkan Oleh Beberapa Ahli KePendudukan Yaitu Sullivan Pada Tahun 1972, Kemudian Trussell Pada Tahun 1975, Menyusul Feeney Pada Tahun 1977 dan Palloni-Heligman Pada Awal Tahun 1980-An UN, 1983 dan 1990. Dalam Penghitungan AKB Ada Dua Macam Program Komputer Yang Digunakan Yaitu Micro Computer Programs For Demographic Analysis MCPDA dan Mortpak BPS, 2006. Program MCPDA Dikeluarkan Oleh The Demographic Data For Development Project DDD, Institute For Resource Development Di Westinghouse. MCPDA Terdiri Dari 32 Program Penghitungan Parameter Demografi dan Program Yang Dipakai Untuk Metode Brass, Sullivan, Trussel, dan Feeney. Sedangkan Mortpak Adalah Paket
Ps //W Ww .Bp S.G O.I D
Ps //W Ww .Bp S.G O.I D 11Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia Tabel 1 Tiga Provinsi Dengan AKB Tertinggi dan AKB Terendah Di Indonesia Hasil SP2010 Per 1.000 Kelahiran Hidup Provinsi Laki-Laki Perempuan Total 1 2 3 4 Gorontalo 63 50 56 Nusa Tenggara Barat 54 42 48 Sulawesi Barat 54 42 48 Indonesia 30 22 26 DKI Jakarta 16 11 14 DI Yogyakarta 19 13 16 Papua 22 16 19 Selanjutnya Dari Tabel 1 Dapat Dilihat Bahwa Tiga Provinsi Yang Memiliki AKB Terbesar Di Indonesia Adalah Gorontalo 56 Per 1.000 Kelahiran Hidup, Nusa Tenggara Barat 48 Per 1.000 Kelahiran Hidup, dan Sulawesi Barat 48 Per 1.000 Kelahiran Hidup. Sedangkan Tiga Provinsi Dengan AKB Terendah Adalah DKI Jakarta 14 Per 1.000 Kelahiran Hidup, DI Yogyakarta 16 Per 1.000 Kelahiran Hidup, dan Papua 19 Per 1.000 Kelahiran Hidup. Tren Angka Kematian Bayi Di Indonesia Hasil SP71-SP20103.2. Selama Hampir Empat Dasawarsa, Tren AKB Di Indonesia Cenderung Menurun. Gambar 2 Menyajikan Tren Estimasi AKB Berdasarkan Hasil SP71, SP80, SP90, SP2000, dan SP2010 Untuk Tingkat Nasional, Provinsi Dengan AKB Tertinggi, dan Provinsi Dengan AKB Terendah. Dari Gambar Tersebut, Nampak Bahwa Secara Total Terjadi Penurunan AKB Di Indonesia Dari 145 Per 1.000 Kelahiran Hidup Pada Tahun 1967 Menjadi 26 Per 1.000 Kelahiran Hidup Atau Turun Sebesar 82 Persen Pada Periode 1967-2006 Atau 2,1 Persen Setiap Tahunnya. Akan Tetapi, Tren Penurunan AKB Untuk Laki- Laki dan Perempuan Berbeda, Walaupun Perbedaannya Tidak Terlalu Berarti. Untuk Laki- Laki, Terjadi Penurunan AKB Dari 158 Per 1.000 Kelahiran Hidup Pada Tahun 1967 Menjadi 30 Per 1.000 Kelahiran Hidup Pada Tahun 2006 Atau Turun Sebesar 80,9 Persen Selama Periode 1967-2006. Pola Yang Sama Terjadi Pada AKB Perempuan, Yaitu Turun Dari 134 Per 1.000 Kelahiran Hidup Pada Tahun 1967 Menjadi 22 Per 1.000 Kelahiran Hidup Pada Tahun 2006 Atau Turun Sebesar 83,4 Persen Selama Periode 1967-2006. Tren AKB Mengalami Penurunan Dari 145 Per 1.000 Kelahiran Hidup Tahun 1967 Menjadi 26 Per 1.000 Kelahiran Hidup Tahun 1996, Atau Turun Sebesar 82 Persen
Ps //W Ww .Bp S.G O.I D 13Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia 102 Per 1.000 Kelahiran Hidup. Namun Sekitar 40 Tahun Kemudian, Perbedaannya Naik Lagi Dua Kali Lipat Dari Tahun 1967 dan Wilayahnya Sudah Bergeser. Pada Tahun 2006, AKB Tertinggi Di Provinsi Gorontalo 56 Per 1.000 Kelahiran Hidup Adalah Empat Kali Lipat Dari AKB Terendah Pada Provinsi DKI Jakarta 14 Per 1.000 Kelahiran Hidup. Tabel 2 Tren Estimasi AKB Pada Dua Provinsi Dengan AKB Terendah dan AKB Tertinggi, Hasil SP71-SP2010 Per 1.000 Kelahiran Hidup Provinsi SP71 1967 SP80 1976 SP90 1986 SP2000 1996 SP2010 2006 1 2 3 4 5 6 DKI Jakarta 129 82 43 25 14 DI Yogyakarta 102 62 42 25 16 Indonesia 145 109 71 47 26 Gorontalo 57 56 Nusa Tenggara Barat 221 189 145 89 48 Sekitar 40 Tahun Terakhir, Di Semua Provinsi Juga Terjadi Penurunan AKB, Hanya Saja Penurunannya Sangat Beragam, Ada Yang Cepat dan Ada Yang Lambat Lihat Tabel L1, Lampiran. Sebagai Contoh, Pada Periode 1967- 2006, AKB Provinsi DI Yogyakarta Turun Lebih Cepat Daripada Provinsi Nusa Tenggara Barat. AKB Provinsi DI Yogyakarta Pada Tahun 1967 Sebesar 102 Per 1.000 Kelahiran Hidup Turun Menjadi 16 Per 1.000 Kelahiran Hidup Pada Tahun 2006, Atau Turun Sebesar 84 Persen. Sedangkan AKB Provinsi Nusa Tenggara Barat Pada Tahun 1967 Sebesar 221 Per 1.000 Kelahiran Hidup dan Turun Menjadi 48 Per 1.000 Kelahiran Hidup Pada Tahun 2006, Atau Turun Sebesar 78 Persen. Namun, Pada Periode 1996-2006, AKB Provinsi Nusa Tenggara Barat Turun Dengan Cepat Dari 89 Menjadi 48 Kematian Per 1.000 Kelahiran Hidup, Yang Berarti Turun Sebesar 46 Persen. Sementara Itu, Pada Periode Yang Sama AKB Provinsi DI Yogyakarta Hanya Turun Sebesar 36 Persen, Yaitu Dari 25 Menjadi 16 Kematian Per 1.000 Kelahiran Hidup Gambar 3. DIY Dengan AKB Terendah Pada Tahun 1967 Mengalami Penurunan Yang Lebih Cepat Selama Periode 1967-2006 84 Persen Daripada NTB 78 Persen Yang Memiliki AKB Tertinggi Pada Tahun 1967
Ps //W Ww .Bp S.G O.I D 14 Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia Gambar 3 Tren Estimasi AKB Provinsi DI Yogyakarta dan Provinsi Nusa Tenggara Barat, Hasil SP71-SP2010 Per 1.000 Kelahiran Hidup Secara Umum, Pola Yang Terjadi Sejak SP71 Sampai SP2000 Menurut Provinsi Tidak Banyak Berubah. Perubahan Baru Terjadi Dari SP2000 Ke SP2010. Provinsi Nusa Tenggara Barat Sejak SP71 Sampai Dengan SP2000 Menjadi Provinsi Dengan AKB Tertinggi. Namun Pada SP2010, Posisi Ini Digantikan Oleh Provinsi Gorontalo. Sedangkan Untuk Provinsi Yang Mempunyai AKB Terendah Telah Terjadi Pergeseran, DI Yogyakarta Dari Hasil SP71-SP2000 Merupakan Provinsi Yang AKB-Nya Terendah, Namun Dari Hasil SP2010, AKB Terendah Terjadi Di Provinsi DKI Jakarta.
Ps //W Ww .Bp S.G O.I D 15Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia JENIS KELAMIN Penduduk Indonesia4. Bab Ini Akan Membahas Mengenai Perkembangan AHH Secara Nasional Maupun Provinsi Berdasarkan Hasil SP2010 Serta Perbandingannya Dengan SP Terdahulu SP71, SP80, SP90, dan SP2000. Estimasi AHH Yang Dihitung Menggambarkan Keadaan 4 Tahun Sebelum Tahun Sensus Yaitu Masing-Masing Tahun 1967, 1976, 1986, 1996, dan 2006. Angka Harapan Hidup Dihitung Berdasarkan Rata-Rata Kelompok Umur Ibu 20-24, 25-29, dan 30-34. Angka Harapan Hidup Hasil SP20104.1. Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia Pada Tahun 2006 Adalah Sebesar 70,7 Tahun Tabel 3, Yang Artinya Setiap Penduduk Dari Lahir Akan Diharapkan Untuk Hidup Selama 70 Sampai 71 Tahun. Apabila Diperhatikan Menurut Jenis Kelamin, AHH Perempuan Selalu Menunjukkan Angka Yang Lebih Tinggi Dibandingkan Laki-Laki, Yaitu 72,6 Tahun Untuk Perempuan dan 68,7 Tahun Untuk Laki-Laki. Hal Ini Menunjukkan Adanya Hubungan Yang Berlawanan Antara AKB dan AHH, Dimana Laki-Laki Yang Memiliki AKB Lebih Tinggi Daripada Perempuan Mempunyai AHH Yang Lebih Rendah Daripada Perempuan. Gambaran Per Provinsi Tabel 3 Menunjukkan Bahwa Tiga Provinsi Dengan AHH Tertinggi Di Indonesia Adalah DKI Jakarta 74,7 Tahun, DI Yogyakarta 74,1 Tahun, dan Papua 73 Tahun. Hal Ini Sejalan Pula Dengan Angka AKB Yang Terendah Pada Ketiga Provinsi Tersebut. Tabel 3 Tiga Provinsi Dengan AHH Tertinggi dan Terendah Hasil SP2010 Tahun Provinsi Laki-Laki Perempuan Total 1 2 3 4 DKI Jakarta 72,8 76,5 74,7 DI Yogyakarta 72,1 75,9 74,1 Papua 71,1 74,9 73,0 Indonesia 68,7 72,6 70,7 Gorontalo 61,2 65,0 63,2 Nusa Tenggara Barat 63,1 67,0 65,1 Sulawesi Barat 63,2 67,0 65,1 Estimasi AHH Meng- Gambarkan Kondisi 4 Tahun Sebelumnya