Deep Search Publikasi

Merupakan fitur yang memungkinkan pengguna untuk mencari kata kunci di dalam dokumen Publikasi

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI SULAWESI SELATAN 2011 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI SULAWESI SELATAN 2011
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI SULAWESI SELATAN 2011

BPS Prov. Sulawesi Selatan

Lihat Publikasi
Cari kata kunci:

Menampilkan 4 halaman dengan kata kunci "INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI SULAWESI SELATAN 2011"

Halaman 1
Lihat Detail

Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 I KATA PENGANTAR Publikasi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 Ini Memberikan Gambaran Tentang Pencapaian Hasil PEMBANGUNAN MANUSIA Di PROVINSI SULAWESI SELATAN Terutama Di Bidang Kesehatan, Pendidikan, Dan Daya Beli Penduduk Dapat Disajikan Dalam Suatu Indikator Komposit. Pencapaian Hasil-Hasil PEMBANGUNAN Tersebut, Dapat Dijadikan Sebagai Bahan Rumusan Aksi Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar MANUSIA Di SULAWESI SELATAN. PROVINSI SULAWESI SELATAN Masih Menghadapai Berbagai Tantangan PEMBANGUNAN, Seperti Masalah Penanggulangan Penduduk Miskin, Gizi Buruk, Pelayanan Kesehatan Dan Pendidikan, Serta Pemberdayaan Petani. Beberapa Prestasi PEMBANGUNAN Yang Telah Dicapai Saat Ini, Antara Lain Telah Meningkatkan Pendapatan Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita, Mengurangi Tingkat Pengangguran Terbuka, Mengurangi Jumlah Penduduk Miskin, Serta Diterapkannya Program Pelayanan Kesehatan Dan Pendidikan Gratis. Namun Demikian Kemajuan Yang Telah Dicapai Tersebut Masih Harus Terus Ditingkatkan Dan Berkelanjutan Serta Berkesinambungan Sehingga Visi Dan Misi SULAWESI SELATAN Dapat Diwujudkan. Akhirnya, Ucapan Terima Kasih Kepada Semua Pihak Yang Telah Membantu Sehingga Publikasi Dapat Diterbitkan Dan Semoga Bermanfaat. Makassar, Agustus 2012 BAPPEDA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kepala, Drs. H. Andi Yaksan Hamzah, MS NIP 19550826 197911 1 002 Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Daftar Isi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 Ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................... I DAFTAR ISI ................................................................................................ Ii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2. Maksud Dan Tujuan ............................................................................ 5 1.3. Sumber Data Dan Keterbatasan .......................................................... 5 1.4. Sistematika Penyajian ......................................................................... 6 BAB II METODOLOGI .............................................................................8 2.1. Konsep Dan Definisi ............................................................................ 8 2.2. Metode Penghitungan ........................................................................ 19 BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI ...................................................28 3.1. Kependudukan......................................................................................28 3.2. Bidang Kesehatan ...............................................................................35 3.3. Bidang Pendidikan ..............................................................................41 3.4. Ketenagakerjaan ..................................................................................48 3.5. Perekonomian ......................................................................................53 BAB IV INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA ..................................62 4.1. Posisi PEMBANGUNAN MANUSIA..............................................................63 4.2. INDEKS Kesehatan ..................................................................................68 4.3. INDEKS Pendidikan ................................................................................71 4.4. INDEKS Daya Beli ..................................................................................76 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................87 Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O Id Daftar Isi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 Iii 5.1. Kesimpulan ............................................................................................87 5.2 Saran-Saran .............................................................................................88 BAB VI. DAFTAR PUSTAKA....................................................................90 . Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 1.Pendahuluan Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang MANUSIA Sebagai Subjek Dan Sekaligus Objek PEMBANGUNAN Harus Mampu Meningkatkan Kualitas Hidupnya, Untuk Itu Peran Pemerintah Dan Masyarakat Sangat Dibutuhkan. MANUSIA Adalah Kekayaan Bangsa Yang Sesungguhnya. PEMBANGUNAN Sumber Daya MANUSIA Secara Fisik Dan Mental Mengandung Makna Sebagai Peningkatan Kemampuan Dasar Penduduk. Kemampuan Dasar Penduduk Tersebut Diperlukan Untuk Memperbesar Kesempatan Berpartisipasi Dalam Proses PEMBANGUNAN. Peningkatan Kemampuan Dasar Dapat Dilakukan Melalui Peningkatan Derajat Kesehatan, Pengetahuan Dan Keterampilan Penduduk. Hal Tersebut Penting Karena Dapat Direfleksikan Dalam Kegiatan Ekonomi Produktif, Sosial Budaya, Dan Politik. Paradigma PEMBANGUNAN MANUSIA Yang Dikembangkan Oleh United Nations Development Programme UNDP Sebagai Suatu Proses Untuk Memperluas Pilihan-Pilihan Bagi Penduduk. Dengan Demikian Bahwa Penduduk Merupakan Tujuan Akhir Dan PEMBANGUNAN Sebagai Sarana Untuk Mencapai Tujuan. Untuk Mencapai Tujuan PEMBANGUNAN MANUSIA Tersebut Terdapat Empat Hal Pokok Yang Harus Diperhatikan 1 Produktivitas, Masyarakat Harus Dapat Meningkatkan Produktivitas Mereka Dan Berpartisipasi Secara Penuh Dalam Proses Memperoleh Penghasilan Dan Pekerjaan Berupah. Oleh Karena Itu, Pertumbuhan Ekonomi Adalah Salah Satu Bagian Dari Jenis PEMBANGUNAN MANUSIA. BAB I Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 1.Pendahuluan Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 2 2 Pemerataan, Masyarakat Harus Mempunyai Akses Untuk Memperoleh Kesempatan Yang Adil. Semua Hambatan Terhadap Peluang Ekonomi Dan Politik Harus Dihapus Agar Masyarakat Dapat Berpartisipasi Dan Memperoleh Manfaat Dari Kesempatan-Kesempatan Ini. 3 Kesinambungan, Akses Untuk Memperoleh Kesempatan Harus Dipastikan Tidak Hanya Untuk Generasi Sekarang Akan Tetapi Juga Generasi Yang Akan Datang. Segala Bentuk Permodalan Fisik, MANUSIA, Lingkungan Hidup Harus Dilengkapi. 4 Pemberdayaan, PEMBANGUNAN Harus Dilakukan Oleh Masyarakat Dan Bukan Hanya Untuk Mereka. Masyarakat Harus Berpartisipasi Penuh Dalam Mengambil Keputusan Dan Proses-Proses Yang Mempengaruhi Kehidupan Mereka HDR,1995. PEMBANGUNAN MANUSIA Lebih Dari Sekedar Pertumbuhan Ekonomi, Tetapi Tidak Anti Terhadap Pertumbuhan. Dalam Perspektif PEMBANGUNAN MANUSIA, Pertumbuhan Ekonomi Bukanlah Tujuan Akhir. Pertumbuhan Ekonomi Adalah Alat Untuk Mencapai Tujuan Akhir, Yaitu Memperluas Pilihan-Pilihan Bagi MANUSIA. Walaupun Demikian, Tidak Ada Hubungan Yang Otomatis Antara Pertumbuhan Ekonomi Dengan Kemajuan PEMBANGUNAN MANUSIA. Pertumbuhan Ekonomi Yang Tinggi Seyogyanya Diimbangi Dengan Pemerataan Pendapatan Masyarakat. Pertumbuhan Yang Tinggi Tersebut Apabila Tidak Diimbangi Dengan Pemerataan Pendapatan, Maka Hasil PEMBANGUNAN Ekonomi Hanya Akan Dinikmati Oleh Sekelompok Penduduk Yaitu Penduduk Yang Bermodal Besar. Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 1.Pendahuluan Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 3 Sehingga Pertumbuhan Akan Kurang Berkualitas, Dimana Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Disertai Dengan Peningkatan Jumlah Penduduk Miskin. Namun Hal Yang Harus Dipahami Bahwa Untuk Mencapai Keselarasan Kedua Faktor Tersebut Dibutuhkan Kerja Keras Oleh Semua Pihak Terutama Oleh Pemerintah Dan Juga Membutuhkan Proses Dan Waktu Yang Cukup. Hubungan Antara PEMBANGUNAN MANUSIA Dengan PEMBANGUNAN Ekonomi Berlangsung Melalui Dua Jalur. Jalur Pertama Melalui Kebijakan Dan Pengeluaran Pemerintah. Dalam Hal Ini Pengeluaran Pemerintah Khususnya Dalam Bidang Kesehatan Dan Pendidikan. Besarnya Pengeluaran Tersebut Merupakan Indikasi Tentang Komitmen Pemerintah Terhadap PEMBANGUNAN MANUSIA. Jalur Kedua, Melalui Kegiatan Pengeluaran Rumah Tangga, Dalam Hal Ini Besarnya Dan Komposisi Untuk Nutrisi Keluarga, Biaya Pelayanan Kesehatan, Dan Pendidikan Anggota Rumah Tangga. Jembatan Yang Menghubungkan Antara PEMBANGUNAN MANUSIA Dengan PEMBANGUNAN Ekonomi Adalah Melalui Penciptaan Kesempatan Kerja. Upaya PEMBANGUNAN MANUSIA Dalam Peningkatan Kemampuan Dasar Dan Keterampilan Tenaga Kerja Akan Mempengaruhi Penciptaan Output Yang Pada Akhirnya Akan Berdampak Pada Pendapatan Masyarakat. Selain Itu, Faktor Kelembagaan, Distribusi Sumber Daya Dan Modal Sosial Merupakan Hal Yang Tidak Kalah Penting. Penciptaan Kesempatan Kerja Dan Kesempatan Berusaha Dilakukan Oleh Pemerintah Ditempuh Secara Makro Melalui Pertumbuhan Ekonomi Yang Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 1.Pendahuluan Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 4 Cukup Tinggi, Pengendalian Inflasi, Menekan Tingkat Pengangguran, Dan Memberikan Kredit Modal Pada Usaha Kecil Mikro Dan Menengah. Upaya Lain Yang Dilakukan Khususnya Oleh Pemerintah PROVINSI SULAWESI SELATAN Adalah Program Pendidikan Dan Kesehatan Gratis. Reproduksi Sosial PEMBANGUNAN MANUSIA Kemampuan Pekerja Dan Petani Pengusaha, Manajer Ketenagakerjaan Pengembangan Riset Teknologi Komposisi Output Dan Ekspor Modal Sosial, LSM Dan Organisasi Kemasyarakatan Pertumbuhan Ekonomi Institusi Dan Pemerintah Distribusi Sumber Daya Swasta Dan Masyarakat Kebijakan Dan Pengeluaran Pemerintah Pengeluaran Prioritas Sosial Ketenagakerjaan Kegiatan Dan Pengeluaran Rumah Tangga Pengeluaran RT Untuk Kebutuhan Dasar Tabungan Dalam Negeri Tabungan Luar Negeri Modal Fisik Hubungan PEMBANGUNAN MANUSIA Dan Pertumbuhan Ekonomi Sumber United Nations Development Program 1996 Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 1.Pendahuluan Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 5 1.2. Maksud Dan Tujuan Tujuan Penulisan INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Tahun 2011 PROVINSI SULAWESI SELATAN Adalah A Memberikan Data Dan Informasi Tentang Kinerja PEMBANGUNAN Yang Diukur Berdasarkan Peningkatan Kualitas Hidup MANUSIA. B Sebagai Sumber Informasi Dasar Dalam Penyusunan Perencanaan PEMBANGUNAN Daerah Dalam Rangka Upaya Peningkatan Kualitas Hidup MANUSIA. C Dapat Dipergunakan Sebagai Alat Evaluasi Dan Memonitor Program PEMBANGUNAN Yang Telah Dilakukan, Agar Prioritas PEMBANGUNAN Dapat Ditentukan. 1.3. Sumber Data Dan Keterbatasan A. Sumber Data Data Yang Dipergunakan Dalam Laporan Ini Adalah Yang Bersumber Dari Badan Pusat Statistik BPS Dan Data Beberapa Instansi Pemerintah Yang Terkait. Data BPS Diperoleh Dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas Dan Produk Domestik Regional Bruto PDRB, Sedangkan Data Tentang Jumlah Sarana/Prasarana Pendidikan Dan Kesehatan Diperoleh Dari Dinas Pendidikan Dan Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah. Hasil Susenas Merupakan Data Pokok Dalam Perhitungan INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, Sedangkan Data Selain Itu Digunakan Sebagai Data Pendukung. Sejak Pada Tahun 1993, Data Susenas Menjadi Alat Untuk Mengkaji Dan Memantau Hasil PEMBANGUNAN Di Bidang Sosial Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 1.Pendahuluan Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 6 Dan Kesejahteraan Masyarakat Serta PEMBANGUNAN MANUSIA Hingga Pada Tingkat Kabupaten/ Kota. Variabel-Variabel Yang Terdapat Dalam Survei Tersebut Seperti Kesehatan, Pendidikan, Ketenagakerjaan, Fertilitas Dan Keluarga Berencana Serta Konsumsi/ Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan. Metode Pengumpulan Data Dilakukan Melalui Wawancara Tata Muka Antara Pengumpulan Data Pencacah Dengan Responden. Para Pengumpul Data Diusahakan Berasal Dari Lokasi Survei Dan Dikoordinir Oleh Seorang Koordinator Statistik Kecamatan. Direkrutnya Para Pencacah Dari Lokasi Suvei Berkaitan Dengan Operasional Lapangan Agar Lebih Mudah. Hasil Pencacahan Tersebut Diperiksa Oleh Tim Pemeriksa Lapangan Selanjutnya Diedit Oleh Tim Pengolahan Dan Dientry. Karena Susenas Tersebut Adalah Hasil Survei Maka Sebelum Dipublikasikan Dilakukan Estimasi Terhadap Populasi. B. Keterbatasan Hasil Susenas Tidak Dapat Digunakan Untuk Tingkat Yang Lebih Rendah Dari Kabupaten/ Kota, Misalnya Untuk Tingkat Kecamatan. Masalah Besarnya Sampel Tersebut Juga Akan Mempengaruhi Beberapa Variabel Dalam Susenas Tersebut Harus Digunakan Secara Bijaksana Dan Berhati-Hati. 1.4. Sistimatika Penyajian Dalam Pelaporan Ini Akan Dibagi Beberapa Bab/Bagian Penulisan, Sebagai Berikut Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 1.Pendahuluan Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 7 Bab I. Pendahuluan Memberikan Penjelasan Tentang Latar Bela Kang, Tujuan, Sumber Data Dan Keterbatasan Serta Sistematika Penulisan Pelaporan. Bab II. Metodologi Menjelaskan Tentang Konsep/Definisi Dan Metode Perhitungan. Bab III. Kondisi Sosial Ekonomi Memberikan Informasi Keadaan Ge Ografi, Kependudukan, Kesehatan, Pendidikan, Ketenaga- Kerjaan Dan Ekonomi Wilayah. Bab IV. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Menguraikan Pencapaian INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Berdasarkan Komponen. Bab V. Kesimpulan Dan Saran Memberikan Pernyataan Hasil-Hasil Temuan/Diperoleh Dalam Pelaporan. Bab VI. Daftar Pustaka Memberikan Rujukan Bacaan Yang Berkaitan Dengan INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA. Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 2 Metodologi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 8 METODOLOGI 2.1. Konsep Dan Definisi Beberapa Konsep Dan Definisi Yang Akan Digunakan Dan Berkaitan Dengan Data Susenas Serta INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, Adalah Sebagai Berikut 2.1.1. Kependudukan Konsep Penduduk Adalah Mereka Yang Berada Di Dalam Dan Bertempat Tinggal Atau Berdomisili Di Dalam Suatu Wilayah Dan Orang Yang Secara Hukum Berhak Tinggal Di Wilyah Tersebut. Sedangkan Istilah Kependudukan Atau Demografi Adalah Studi Ilmiah Tentang Jumlah, Persebaran Dan Komposisi Penduduk Serta Bagaimana Ketiga Faktor Tersebut Berubah Dari Waktu Ke Waktu. Kependudukan Mempelajari Secara Sistematis Perkembangan, Fenomena Dan Masalah-Masalah Penduduk Dalam Kaitannya Dengan Situasi Sosial Di Sekitarnya. Di Dalam Definisi Operasional Lapangan BPS Digunakan Dengan Istilah Anggota Rumah Tangga Yang Merupakan Semua Orang Yang Biasanya Bertempat Tinggal Di Suatu Rumah Tangga, Baik Yang Berada Di Rumah Tangga Pada Waktu Pencacahan Maupun Sementara Tidak Ada. Anggota Rumah Tangga Yang Telah Bepergian 6 Enam Bulan Atau Lebih, Dan Anggota Rumah Tangga Yang Bepergian Kurang Dari 6 Enam Bulan Tetapi Dengan Tujuan Pindah/Akan Meninggalkan Rumah 6 Enam Bulan Atau Lebih, Tidak Dianggap Sebagai Anggota Rumah Tangga. Orang Yang Telah Tinggal Di Rumah Tangga 6 Enam Bulan Atau Lebih Atau Yang Telah BAB II Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 2 Metodologi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 9 Tinggal Di Rumah Tangga Kurang Dari 6 Enam Bulan Tetapi Berniat Pindah/Bertempat Tinggal Di Rumah Tangga Tersebut 6 Enam Bulan Atau Lebih Dianggap Sebagai Anggota Rumah Tangga. Konsep/Pengertian Rumah Tangga Adalah Seorang Atau Sekelompok Orang Yang Mendiami Sebagian Atau Seluruh Bangunan Fisik Atau Sensus, Dan Biasanya Tinggal Bersama Serta Makan Dari Satu Dapur. Umumnya Terdiri Dari Ibu, Bapak, Dan Anak. Sedangkan Bangunan Fisik Adalah Tempat Berlindung Yang Mempunyai Dinding, Lantai, Dan Atap Baik Tetap Maupun Sementara, Baik Digunakan Sebagai Tempat Tinggal Maupun Bukan Tempat Tinggal. Bangunan Sensus Adalah Sebagian Atau Seluruh Bangunan Fisik Yang Mempunyai Pintu Keluar Masuk Sendiri Dan Dalam Satu Kesatuan Penggunaan. Didalam Ilmu Kependudukan Terdapat Tiga Komponen Penting, Yaitu Kelahiran Fertilitas, Kematian Mortalitas Dan Perpindahan Penduduk Migrasi. Selain Itu, Terdapat Faktor Mobilitas Sosial Dan Faktor Tingkat Perkawinan Sebagai Penunjang Dalam Kependudukan. Ketiga Komponen Dan Dua Faktor Penunjang Tersebut Merupakan Variabel Yang Digunakan Untuk Menjelaskan Jumlah, Distribusi Dan Pertumbuhan Penduduk. Teori Awal Tentang Pertumbuhan Penduduk Yang Dikemukakan Oleh Malthus Dalam Essay On The Principle Of Population Menyatakan Bahwa Penduduk Akan Selalu Bertambah Lebih Cepat Dibandingkan Dengan Pertambahan Bahan Makanan, Kecuali Terhambat Oleh Moral Restrains Seperti Misalnya Wabah Penyakit Atau Malapetaka. Ht T // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 2 Metodologi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 10 Selanjutnya, Warren Thompson Pada Tahun 1929 Mengemukakan Teori Tentang Transisi Demografi Yang Menggambarkan Empat Proporsi Yang Saling Berhubungan, Yaitu 1. Jika Angka Kematian Tinggi Sebanding Dengan Angka Kelahiran, Maka Pertumbuhan Penduduk Akan Sama Dengan Nol. 2. Jika Angka Kematian Menurun Tidak Disertai Penurunan Angka Kelahiran, Maka Pertumbuhan Yang Positif Dan Terus Meningkat 3. Jika Angka Kematian Terus Turun Dan Disertai Dengan Penurunan Angka Kelahiran, Tetapi Tidak Sebanding, Maka Pertumbuhan Akan Positif Dengan Nilai Menurun. 4. Jika Angka Kematian Dan Angka Kelahiran Rendah, Maka Pertumbuhan Semakin Berkurang Dan Akan Mencapai Nol. Untuk Mendapatkan Angka Laju Petumbuhan Penduduk Dapat Dihitung Dengan Beberapa Cara Yaitu Rata-Rata Relatif Menyatakan Perbandingan Antara Jumlah Penduduk Tahun Ke-N Dan Tahun Ke-N-1, Secara Matematis Dapat Ditulis Sebagai Berikut.R Pnpn-1 -1 100 Keterangan R Laju Pertumbuhan Penduduk Tahunanpn Jumlah Penduduk Tahun Ke-N Tahun Terakhirpn-1 Jumlah Penduduk Tahun Ke-N-1 Atau Tahun Sebelumnya Perhitungan Laju Pertumbuhan Penduduk Untuk Dua Periode Biasanya Dihitung Dengan Menggunakan Rumus Geometri Atau Eksponensial. Dua Ht Tp // Su Ls L.B Ps .G O. Id Bab 2 Metodologi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 11 Periode Yang Dimaksud Adalah Dua Pelaksanaan Sensus Penduduk Yang Dilakukan Dalam 10 Tahun Sekali, Rumusnya Dapat Ditulis Sebagai Berikut R Ptp0 1 T -1 100 Keterangan R Laju Pertumbuhan Penduduk Tahunanpt Jumlah Penduduk Tahun Akhirp0 Jumlah Penduduk Tahun Awal Atau Tahun Sebelumnyat Periode Waktu Antara Dengan Angka Ini Mencerminkan Perkembangan Atau Pertambahan Penduduk Dalam Kurun Waktu Tertentu, Dan Interpretasinya Bahwa Semakin Kecil Angka Ini Maka Semakin Mencermikan Kesuksesan Penanganan/ Pengendalian Jumlah Penduduk. 2.1.2. Pendidikan Pendidikan Merupakan Salah Satu Aspek Penting Dalam Kehidupan Masyarakat Yang Berperan Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup. Untuk Melihat Perkembangan Pendidikan Secara Makro Dapat Dilihat Dari Beberapa Indikator Yaitu Rasio Murid Terhadap Guru, Jumlah Murid Terhadap Sekolah, Angka Partisipasi Kasar, Angka Partisipasi Murni, Angka Buta Huruf, Angka Putus Sekolah Dan Rata-Rata Lama Bersekolah. A. Rasio Murid Guru Merupakan Angka Yang Menggambarkan Beban Kerja Guru Dalam Mengajar Atau Dengan Kata Lain Memperlihatkan Mutu Pengajaran/ Pengawasan Dan Perhatian Guru Di Kelas Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 2 Metodologi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 12 Rmg Mg Keterangan Rmg Rasio Murid Terhadap Gurum Jumlah Muridg Jumlah Guru B. Rasio Murid Sekolah Merupakan Angka Yang Mencerminkan Daya Tampung Per Sekolah.Rms Ms Keterangan Rmg Rasio Murid Terhadap Sekolahm Jumlah Murids Jumlah Sekolah C. Angka Partisipasi Kasar Angka Yang Mencerminkan Pemerataan Akses Pendidikan Dasar Dan Lanjutan Formal Atau Sederajat Dalam Kelompok Umur Yang Sesuai Dengan Jenjang Pendidikan Tersebut. Jenjang Pendidikan SD/ Sederajatapk.Sd Muridsdpop7-12 100 Keterangan Apk.Sd Angka Partisipasi Kasar Sekolah Dasar/ Sederajatmuridsd Jumlah Murid Di Sekolah Dasarpop7-12 Jumlah Penduduk Yang Berumur 7-12 Tahun. Jenjang Pendidikan SLTP/ Sederajat Apk.Sltp Muridsltppop13-15 100 Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 2 Metodologi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 13 Keterangan Apk.Sltp Angka Partisipasi Kasar SLTP/ Sederajatmuridsltp Jumlah Murid Di SLTP/ Sederajatpop13-15 Jumlah Penduduk Yang Berumur 13-15 Tahun. Jenjang Pendidikan Sekolah Menengah Apk.Sm Muridsmpop16-18 100 Keterangan Apk.Sm Angka Partisipasi Kasar Sekolah Menengah/ Sederajatmuridsm Jumlah Murid Di Sekolah Menengah/ Sederajatpop16-18 Jumlah Penduduk Yang Berumur 16-18 Tahun. D. Angka Buta Huruf Adalah Angka Yang Memberikan Informasi Tentang Kemajuan Pendidikan Suatu Bangsa/ Daerah, Serta Adanya Pemerataan Kesempatan Untuk Memperoleh Pendidikan.Abk Tbbt15pop15 100 Keteranganabk Angka Buta Huruf Orang Dewasatbbt15 Jumlah Penduduk Yang Tidak Dapat Membaca Dan Menulis Berumur 15 Tahun Ke Ataspop15 Jumlah Penduduk Yang Berumur 15 Tahun Ke Atas. E. Angka Putus Sekolah Menggambarkan Kemampuan Penduduk Usia Bersekolah Pada Jenjang Pendidikan Pada SD, SLTP, SM Dalam Menyelesaikan Pendidikannya. Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 2 Metodologi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 14 Jenjang Pendidikan SD/ Sederajataps.Sd Pts7-12Sek7-12Tdsek7-12 100 Keterangan Aps.Sd Angka Putus Sekolah Di Sekolah Dasar/ Sederajatpts7-12 Jumlah Penduduk Berumur 7-12 Tahun Yang Putus Sekolah Di Sdsek7-12 Jumlah Penduduk Yang Berumur 7-12 Tahun.Yang Masih Bersekolah Di Sdtdsek7-12 Jumlah Penduduk Yang Berumur 7-12 Tahun.Yang Tidak Sekolah Lagi Di SD Jenjang Pendidikan SLTP/ Sederajataps.Sltp Pts13-15Sek13-15Tdsek13-15 100 Keterangan Aps.Sltp Angka Putus Sekolah Di SLTP/Sdeerajatpts7-12 Jumlah Penduduk Berumur13-15 Tahun Yang Putus Sekolah Di Sltpsek7-12 Jumlah Penduduk Yang Berumur 13-15 Tahun.Yang Masih Bersekolah Di Sltptdsek7-12 Jumlah Penduduk Yang Berumur 13-15 Tahun.Yang Tidak Sekolah Lagi Di SLTP Jenjang Pendidikan SM/Sederajataps.Sm Pts16-18Sek16-18Tdsek16-18 100 Keterangan Aps.Sltp Angka Putus Sekolah Di SM/Sdeerajatpts7-12 Jumlah Penduduk Berumur16-18 Tahun Yang Putus Sekolah Di SM Jumlah Penduduk Yang Berumur 16-18 Tahun.Yang Masih Bersekolah Di Smt Jumlah Penduduk Yang Berumur 16-18 Tahun.Yang Tidak Sekolah Lagi Di SM Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 2 Metodologi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 15 F. Rata-Rata Lama Bersekolah Menggambarkan Tingkat Pencapaian Setiap Penduduk Dalam Kegiatan Bersekolah, Semakin Tinggi Angka Lama Bersekolah Maka Semakin Tinggi Jenjang Pendidikan Yang Telah Dicapai.Xls Popsekipopini1 Keteraangan Xls Rata-Rata Lama Sekolah Jumlah Tahun Bersekolah Pendudukpop Jumlah Penduduk 2.1.3. Kesehatan Terdapat Beberapa Indikator Makro Yang Dapat Menggambarkan Kondisi Kesehatan Masyarakat Antara Lain Rasio Tenaga Kesehatan, Rasio Sarana Kesehatan, Dan Rata-Rata Lama Anak Balita Mendapat Air Susu Ibu. Masing- Masing Indikator Tersebut Menggambarkan Tentang Kemampuan Atau Keberadaan Tenaga Kesehatan Dan Sarana Kesehatan Serta Kondisi Gizi Anak Balita. A. Rasio Tenaga Kesehatan Per 10.000 Penduduk Nakes Dokbidparampop 10.000 Keterangan Nakes Rasio Tenaga Kesehatandok Jumlah Dokbid Jumlah Bidanparam Jumlah Paramedic/Perawatpop Jumlah Penduduk Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 2 Metodologi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 16 B. Rasio Sarana Kesehatan Per 10.000 Penduduksarkes Rspuskesmaspop 10.000 Keterangan Sarkes Rasio Sarana Kesehatanrs Jumlah Rumah Sakitpuskesmas Jumlah Bidanpop Jumlah Penduduk 2.1.4. Ketenagakerjaan Dalam Ketenagakerjaan Dikenal Dengan Beberapa Istilah Yang Sering Dipergunakan Antara Lain Adalah Angkatan Kerja, Bekerja Dan Pengangguran Serta Penduduk Usia Kerja. Untuk Keseragaman Pemahaman BPS Memberi Konsep Dari Masing-Masing Istilah Di Atas Sebagai Berikut. A. Penduduk Usia Kerja Adalah Setiap Penduduk Yang Berumur 10 Tahun Ke Atas Yang Mencakup Mereka Yang Bekerja, Mencari Pekerjaan, Sekolah Dan Mengurus Rumah Tangga Serta Kegiatan Lainnya. B. Angkatan Kerja Adalah Mereka Yang Melakukan Kegiatan Bekerja Dan Mencari Pekerjaan. C. Bekerja Adalah Kegiatan Melakukan Pekerjaan Dengan Maksud Memperoleh Atau Membantu Memperoleh Penghasilan Atau Keuntungan Paling Sedikit Selama Satu Jam Dalam Seminggu. Satu Jam Disini Adalah Melakukan Kegiatan Secara Berturut-Turut Dan Tidak Terputus. D. Mencari Pekerjaan Adalah Kegiatan Dari Mereka Yang Berusaha Mendapatkan Pekerjaan Dalam Waktu Tidak Terbatas Dan Dalam Referensi Waktu Survei Masih Berusaha/ Menunggu Jawaban Hasil Lamaran. Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 2 Metodologi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 17 E. Pengangguran Adalah Mereka Yang Sedang Mencari Pekerjaan. F. Setengah Pengangguran Adalah Mereka Yang Bekerja Akan Tetapi Mempunyai Jam Kerja Kurang Dari 35 Jam Dalam Seminggu. G. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerjatpak Akpuk 100 Keterangan Tpak Tingkat Partisipasi Angkatan Kerjaak Jumlah Angkatan Kerjapuk Jumlah Penduduk Usia Kerja H. Tingkat Pengangguran Terbukatpt Ckak 100 Keterangan Tpt Tingkat Pengangguran Terbukack Jumlah Pencari Kerjaak Jumlah Angkatan Kerja 2.1.5. Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto PDRB Adalah Seluruh Nilai Barang Dan Jasa Yang Ditimbulkan Oleh Faktor-Faktor Produksi Buruh, Kewiraswastaan, Modal, Dan Barang Modal Di Suatu Wilayah Tanpa Memperhatikan Pemilikan Faktor-Faktor Produksi Itu. Jadi PDRB Merupakan Penjumlahan Dari Seluruh Nilai Tambah Bruto Dari Setiap Sektor Kegiatan Dalam Suatu Periode Tertentu Di Suatu Wilayah. Pdrb Ntbi9i1 Keterangan Pdrb Produk Domestik Regional Brutontbi Nilai Tambah Bruto Sektor Ke-Ii Sektor Kegiatan Usaha Ke-I, 1,2, 9 Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 2 Metodologi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 18 A. Nilai Tambah Bruto Adalah Nilai Manfaat Suatu Barang Dan Jasa Yang Dihasilkan Oleh Suatu Kegiatan Ekonomi Atau Secara Sederhana Adalah Nilai Produksi/ Output Dikurangi Dengan Biaya Yang Dikeluarkan Untuk Menghasil Produksi/ Output Biaya Antara. B. Nilai Produksi/ Output Adalah Penilaian Atas Barang Dan Jasa Yang Dihasilkan Oleh Suatu Kegiatan Ekonomi. Biaya Antara Adalah Biaya Yang Dikeluarkan Dalam Proses Penciptaan Barang Dan Jasa Dalam Suatu Periode Produksi. C. Penilaian Barang Dan Jasa Dilakukan Dengan Menggunakan Harga Konstan Tahun 2000 Dan Tahun Berjalan. Atas Dasar Harga Berlaku Adalah Penilaian Suatu Barang Dan Jasa Pada Saat Terjadinya Transaksi Atau Current Price Dan Dinilai Dalam Rupiah. Atas Dasar Harga Konstan Adalah Penilaian Suatu Barang Dan Jasa Dengan Suatu Harga Yang Tetap. Dalam Hal Ini, Penilaian Dilakukan Dengan Harga Barang Dan Jasa Pada Tahun 2000.Ntbioi-Bai Keterangan Ntb Nilai Tambah Brutoo Produksi/Output Barang Dan Jasaba Biaya Antarai Sektor Kegiatan Usaha Ke-I, 1,2, 9 D. Pertumbuhan Ekonomi Adalah Perkembangan Kuantum Produksi Barang Dan Jasa Dalam Suatu Periode Tertentu Dinilai Dalam Harga Konstan. Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 2 Metodologi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 19 Reko Pdrbknpdrbkn-1 100 -100 Keterangan Reko Pertumbuhan Ekonomipdrbkn Pdrb Atas Dasar Harga Konstan Tahun Ke-Npdrbkn Pdrb Atas Dasar Harga Konstan Tahun Ke- 1 E. PDRB Per Kapita Adalah Nilai PDRB Dibagi Dengan Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun.Pdrb.Kapita Pdrbpopmed Keterangan Pdrb,Kapita Pdrb Per Kapita Pdrb Produk Domestik Regional Bruto Popmed Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2.2. Metode Perhitungan Untuk Memperoleh Angka INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Dibutuhkan Beberapa Proses Pengolahan Dan Perhitungan, Secara Sederhana Dapat Dijelaskan Sebagai Berikut 2.2.1. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA IPM IPM Dihitung Secara Sederhana Dari Rata-Rata Antara INDEKS Harapan Hidup, INDEKS Pendidikan, Dan INDEKS Daya Beli Purchasing Power Parity Atau PPP. Secara Matematik Dapat Ditulis Sebagai Berikut 100 3 321 Xxxxipm Keterangan IPM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA X1 INDEKS Harapan Hidup X2 INDEKS Pendidikan X3 INDEKS Daya Beli Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 2 Metodologi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 20 Untuk Menghitung Nilai Dari Masing-Masing INDEKS Pembentuk IPM, UNDP Telah Menetapkan Batas Bawah Dan Batas Atas Yang Terus Berkembang Dari Waktu Ke Waktu. Pada Tahun 1990, Batas Diperoleh Dari Hasil Observasi, Sedangkan Pada Tahun 1994 Menggunakan Suatu Nilai Batas Tertentu. Pada Tahun 2009, Batas Yang Digunakan Adalah Batas Bawah Angka Harapan Hidup Adalah 25 Tahun Dan Batas Atasnya 85 Tahun. INDEKS Rata-Rata Lama Sekolah Nilainya Antara 0 Sampai Dengan 100 Persen INDEKS Melek Huruf Memiliki Batas Bawah 0 Persen Dan Batas Atas 100 Persen. Umur Panjang Dan Sehat Pengetahuan Kehidupan Yang Layak Angka Haparan Hidup Saat Lahir Angka Melek Huruf Rataan Lama Sekolah Pengeluaran Perkapita Rill INDEKS Harapan Hidup INDEKS Pendidikan INDEKS Pendapatan IPM DIMENSI INDIKATOR INDEKS DIMENSI Skema, Menjelaskan Dimensi, Indikator, Dan INDEKS Dimensi Dalam Pengukuran/ Perhitungan INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA. Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 2 Metodologi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 21 PDB Per Kapita Menggunakan Nilai Minimal 100 US Dan Maksimal 40000 US. A. INDEKS Harapan Hidup, Dihitung Berdasarkan Angka Harapan Hidup Sejak Seseorang Dilahirkan Dengan Mempertimbangkan Angka Harapan Hidup Terendah Dan Tertinggi UNDP. Secara Matematik Dapat Ditulis Sebagai Berikutx1 Ahh-2585-25 100 Angka Harapan Hidup, Dapat Dilakukan/ Diperoleh Melalui Suatu Paket Program Mortpaklite Dengan Meng-Input Data Hasil Susenas Rata-Rata Jumlah Anak Yang Dilahirkan Hidup Dan Rata-Rata Jumlah Anak Yang Masih Hidup Hingga Referensi Survei Per Wanita Yang Berumur 15-49 Tahun Kelompok Umur Lima Tahunan. Hasil Dari Mortpaklite Tersebut Tersaji Beberapa Metode Pendekatan, Metode Yang Sesuai Dengan Keadaan Fertilitas/ Mortalitas Di Indonesia Adalah Model West Coale- Demeny Trussell Equations. Kemudian, Untuk Mendapatkan Hasil Angka Harapan Hidup Yang Lebih Baik Dirata-Ratakan Pada Kelompok Umur 20- 35 Tahun, Demikian Pula Dengan Waktu Rujukan Reference Date Of Life Expectancy At Birth. Rumus Untuk Memperoleh Rata-Rata Anak Yang Dilahirkan Hidup Children Ever Born, Sebagai Berikutralh Alhi7i1 Wi7i1 Keterangan X1 INDEKS Harapan Hidup Ahh Angka Harapan Hidup 25 Nilai Terendah 85 Nilai Tertinggi Ht Tp // Su L El .B Ps .G O. Id Bab 2 Metodologi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 22 Rumus Untuk Memperoleh Rata-Rata Anak Yang Masih Hidup Children Surviving, Sebagai Berikutramsh Amshi7i1 Wi7i1 B. INDEKS Pendidikan, Dihitung Berdasarkan Dua Komponen Yaitu INDEKS Melek Huruf Dan INDEKS Rata-Rata Lama Bersekolah Baca Konsep/ Definisi, Yang Masing-Masing Besarnya Proporsi Dua Banding Satu. Rumus Untuk Mendapatkan Angka Tersebut, Sebagai Berikut X2 2X2.1-X2.23 100 INDEKS Melek Huruf, Diperoleh Dengan Cara Membandingkan Angka Melek Huruf Hasil Perhitungan Di Suatu Daerah Tertentu Dengan Standar UNDP. Rumusnya Sebagai Berikut X2.1 Amh-0100-0 100 Keterangan X2 INDEKS Pendidikan X2.1 INDEKS Melek Huruf X2.2 INDEKS Rata-Rata Lama Sekolah Keterangan Ralh Rata-Rata Anak Lahir Hidup Alh Anak Lahir Hidup Menurut Kelompok Umur Ibu Ke-I W Wanita Menurut Kelompok Umur Ke-I I Kelompok Umur 15-19 20-24 25-2930-3435-3940-4445-49 Keterangan Ramsh Rata-Rata Anak Yang Masih Hidup Amsh Anak Yang Masih Hidup Menurut Kelompok Umur Ibu Ke-I W Wanita Menurut Kelompok Umur Ke-I I Kelompok Umur 15-19 20-24 25-2930-3435-3940-4445-49 Keterangan X2.1 INDEKS Melek Huruf Amh Angka Melek Huruf 0 Angka Melek Huruf Terendah 100 Angka Melek Huruf Tertinggi Ht T // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 2 Metodologi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 23 INDEKS Rata-Rata Lama Bersekolah, Cara Memperolehnya Mirip Dengan INDEKS Melek Huruf, Rumusnya Sebagai Berikut X2.2 Rls-015-0 100 Sebelum Perhitungan Di Atas, Dalam Pengolahan Data Susenas, Pada Keterangan Pendidikan Diperlukan Skor/ Konversi Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Seseorang, Sebagai Berikut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Konversi Tahun Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Konversi Tahun 1. Tidak Pernah Sekolah 0 6. Diploma II 14 2. Sekolah Dasar 6 7. Akademi/Diploma III 15 3. SLTP 9 8. Diploma IV/Sarjana 16 4. SLTA/SMU 12 9. Magister S2 18 5. Diploma I 13 10. Doktor S3 21 C. INDEKS Daya Beli, Purchasing Power Parity PPP Diharapkan Sebagai Proxy Terhadap Kehidupan Layak Bagi Penduduk. Di Berbagai Negara Menggunakan Angka Pendapatan Per Kapita Sebagai Proxy Tersebut, Akan Tetapi Di Indonesia Belum Dapat Mempublikasikan Angka Pendapatan Per Kapita Pada Tingkat PROVINSI Dan Kabupaten/ Kota Secara Berkala. Hal Tersebut Berkaitan Dengan Keterbatasan Data. Data Yang Keterangan X2.2 INDEKS Rata-Rata Lama Sekolah Rls Rata Rata Lama Bersekolah 0 Angka Melek Huruf Terendah 15 Angka Melek Huruf Tertinggi Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 2 Metodologi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 24 Dapat Dipublikasikan Pada Tingkat PROVINSI Dan Kabupaten/ Kota Adalah Pendapatan Regional Per Kapita. Dimana Kedua Indikator Tersebut Sangat Berbeda, Dan Perbedaan Kedua Indikator Itu Tidak Dijelaskan Dalam Bahasan Ini. Di Indonesia Untuk Memperoleh Tingkat Daya Beli Digunakan Suatu Paket Komoditas Yang Terdiri Dari 27 Komoditas Yang Diperoleh Dari Susenas Pada Keterangan Pengeluaran Rumah Tangga. Rumus INDEKS Daya Beli PPP Adalah Sebagai Berikutx3 Pppk-360732.72-300 100 Untuk Memperoleh Nilai , Dihitung Melalui Beberapa Tahapan Seperti Yang Dijelaskan Dibawah Ini Mempersiapkan Data Yang Terdiri Dari 3 Komponen, Yaitu 1. Pengeluaran Rumah Tangga Untuk 27 Komoditas Dalam Volume Berat/ Unit/ Butir Dsb Dan Rupiah. 2. INDEKS Harga Konsumen IHK Adalah Angka Yang Menggam- Barkan Perubahan Secara Umum Harga-Harga Pada Waktu Dan Daerah Tertentu. Perubahan IHK Dari Waktu Ke Waktu Mencermikan Terjadi Inflasi Atau Deflasi. 3. Jumlah Penduduk. Proses Perhitungan Dengan Aturan Sebagai Berikut Keterangan X3 INDEKS Daya Beli Ppp K Paritas Daya Beli Hasil Koreksi Rumus Atkinson 360 Perkiraan Ppp Maksimum Hingga Tahun 2018 300 Perkiraan Garis Kemiskinan Metode Baru 732.72 Nilai Maksimum Ppp Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 2 Metodologi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 25 1. Pengeluaran Per Kapita Adalah Jumlah Pengeluaran Rumah Tangga Dibagi Dengan Jumlah Penduduk Y1. 2. Pengeluaran Per Kapita Riil Adalah Pengeluaran Per Kapita Dikalikan Dengan Angka IHK Y2. 3. Menghitung Pppppp Ei,J Pi,Jqi,J 4. Pengeluaran Per Kapita Riil Dibagi Dengan Ppp, Untuk Menda- Patkan Kekuatan Daya Beli Per Kabupaten/ Kota Berdasarkan Paket Komoditas, Y3. 5. Kekuatan Daya Beli Y3 Perlu Dilakukan Penyesuaian Dengan Formula Atkinson Katerangan Ei,J Pengeluaran Untuk Komoditi Ke-J Di Kab/Kota Ke-I Pi,J Harga Komoditi Ke-J Di Jakarta SELATAN Qi,J Volume Komoditi Ke-J Unit Yang Dikonsumsi Di Kab/Kota Catatan Bahwa Harga Standar Untuk Se Indonesia Adalah Jakarta SELATAN, Yang Berdasarkan 27 Komoditi Pppk Ci Jika Ci Z Z 2Ci - Z1/2 Jika Z Ci 2 Z Z 2Ci - Z1/2 3Ci - 2Z1/3 Jika 2 Z Ci 3Z Z 2Ci - Z1/2 3Ci - 2Z1/3 4Ci - 3Z1/4 Jika 3 Z Y Ci 4Z . . . Dst. Keterangan Ci PPP Dari Nilai Riil Pengeluaran Per Kapita Z Batas Tingkat Pengeluaran Ditetapkan Secara Arbiter Rp 1 500 Per Kapita Hari. Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 2 Metodologi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 26 Daftar Paket Komoditi Yang Dipergunakan Dalam Perhitungan PPP D. Reduksi Shortfall, Mengukur Keberhasilan Dipandang Dari Jarak Antara Yang Dicapai Terhadap Kondisi Ideal IPM100. Nilai Reduksi Shortfall Yang Lebih Besar Menandakan Peningkatan IPM Yang Lebih Cepat. Progress Dalam IPM Dapat Dilihat Dari Dua Prespektif, Yang Pertama Adalah Apa Yang Telah Dicapai Dan Yang Kedua Adalah Shortfalls Secara Kontinyu Dari Target Yang Diinginkan. Dua Hal Tersebut Dapat Dipandang Sebagai Satu Konsep, Dimana Progress IPM Adalah Meningkatkan Pencapaian Dan Memperkecil Shortfalls. Perbedaan Mendasar Antar 1 Beras Lokal Kg 7.25 2 Tepung Terigu Kg 0.10 3 Ketela Pohon Kg 0.22 4 Ikan Tongkol/Tuna/ Cakalang Kg 0.50 5 Ikan Teri Ons 0.32 6 Daging Sapi Kg 0.78 7 Daging Ayam Kg 0.65 8 Telur Ayam Butir 1.48 9 Susu Kental Manis 397 Gr 0.48 10 Bayam Kg 0.30 11 Kacang Panjang Kg 0.32 12 Kacang Tanah Kg 0.22 13 Tempe Kg 0.79 14 Jeruk Kg 0.39 15 Pepaya Kg 0.18 16 Kelapa Buitr 0.56 17 Gula Pasir Ons 1.61 18 Kopi Bubuk/ Instan Ons 0.60 19 Garam Ons 0.15 20 Merica/ Lada Ons 0.13 21 Mie Instant 80 Gr 0.79 22 Rokok Kretek Filter 10 Btg 2.86 23 Listrik Kwh 2.06 24 Air Minum M3 0.46 25 Bensin Ltr 1.02 26 Minyak Tanah Ltr 1.74 27 Sewa Rumah Unit 11.56 Xx 37.52Jumlah Proporsi Thdp Total Konsumsisatuanjenis Komoditino Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 2 Metodologi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 27 Keduanya Adalah Kekecewaan Dan Penolakan Terhadap Suatu Pencapaian IPM Didasari Pada Keyakinan Bahwa Seharusnya Mereka Dapat Mencapai Kinerja Yang Lebih. Tingkat Keyakinan Ini Diwujudkan Dalam Suatu Kisaran Nilai Shortfalls Yang Masuk Akal Dan Dapat Diterima. Nilai Shortfalls Menunjukkan Tingkat Kesulitan Dalam Pencapaian IPM Dan Seberapa Besar Tantangan Kedepan.Shortfall Ipmi-Ipmi-1100-Ipmi-1 100 1 N Keterangan Ipm INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA T Tahun Pada T Tahun Terakhir/ Sekarang T Tahun Pada T-1 Tahun Awal/ Sebelumnya N Periode Waktu Pada T-1 Dan T 100 Konstanta, Pencapaian Kondisi Ideal Ipm Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 28 KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI SULAWESI SELATAN Terdiri Dari 21 Kabupaten Dan 3 Kota, Kabupaten Yang Terakhir Ini Adalah Kabupaten Toraja Utara Yang Merupakan Pemekaran Dari Kabupaten Toraja. PROVINSI SULAWESI SELATAN Merupakan Daerah Yang Relatif Lebih Maju Dibanding Dengan PROVINSI Lainnya Di Kawasan Timur Indonesia Sehingga Terkenal Dengan Sebutan Pintu Gerbang Indonesia Timur. Sejak Tahun 1960, Pemerintah Telah Memprioritaskan Sektor Pertanian Sebagai Sektor Penggerak Utama Pertumbuhan Ekonomi SULAWESI SELATAN. Dalam Periode 1960 Hingga Sekarang Sektor Pertanian Memberikan Sumbangan Terbesar Terhadap Perekonomian, Namun Tidak Dipungkiri Kecenderungan Besarnya Sumbangan Sektor Ini Semakin Menurun Setiap Tahunnya. BAB III Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 29 Grafik 3.1 Jumlah Penduduk SULAWESI SELATAN, 2007-2011 Jiwa 3.1. Kependudukan Pada Tahun 2007 Jumlah Penduduk SULAWESI SELATAN Berdasarkan DAU Tercatat Sebesar 7.700.255 Jiwa, Dan Pada Tahun 2011 Penduduk SULAWESI SELATAN Telah Mencapai 8.115.638 Jiwa. Perkembangan Jumlah Penduduk Selama Tahun 2007 Sampai Dengan 2011 Dapat Dilihat Pada Grafik 3.1. Selama Kurun Waktu Lima Tahun Dari Tahun 2007 Sampai Dengan 2011 Jumlah Penduduk Meningkat Rata-Rata Sekitar 83 Ribu Jiwa Per Tahun Atau Tumbuh Sebesar 1,35 Persen Per Tahun Dihitung Dengan Menggunakan Geometrik. Pertumbuhan Penduduk Yang Relatif Besar Terjadi Di Daerah Perkotaan Beserta Kabupaten Disekitarnya. Hal Ini Adalah Wajar, Karena Kegiatan Ekonomi Masyarakat Berpusat Di Daerah Perkotaan. Selain Itu, Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 30 Pertumbuhan Penduduk Di Kabupaten Luwu Timur Juga Relatif Tinggi, Sebagai Akibat Adanya PT. Inco Di Kabupaten Ini. Selama Kurun Waktu Lima Tahun, Mulai Dari Tahun 2007 Sampai Dengan 2011 Penduduk Kota Makassar Bertambah Sebesar 116.897 Jiwa. Pertambahan Ini Merupakan Yang Paling Besar Di SULAWESI SELATAN. Pertambahan Penduduk Yang Juga Relatif Besar Terjadi Di Kabupaten Gowa Yang Merupakan Kabupaten Yang Berbatasan Langsung Dengan Kota Makassar. Sedangkan Daerah Yang Jumlah Penduduknya Justru Berkurang Dalam Kurun Waktu Tersebut Adalah Kabupaten Soppeng Dan Luwu Utara. Kabupaten Soppeng Merupakan Kabupaten Dengan Kegiatan Ekonomi Yang Relatif Lambat Dibanding Kabupaten- Kabupaten Yang Lain. Sedangkan Menurunnya Penduduk Kabupaten Luwu Utara Diduga Karena Mobilitas Penduduk Ke Kota Palopo Dan Luwu Timur Yang Lebih Berpotensi Secara Ekonomi. Daerah Yang Mengalami Pertumbuhan Cukup Pesat Dapat Disebabkan Oleh Beberapa Faktor Harapan, Antara Lain Faktor Kesempatan Kerja Yang Lebih Luas, Melanjutkan Pendidikan Yang Lebih Tinggi, Sejumlah Fasilitas Yang Lebih Memadai Khususnya Di Daerah Perkotaan Dan Berbagai Faktor Daya Tarik Lainnya. Selain Masalah Pertumbuhan Penduduk Yang Dipandang Masih Relatif Tinggi Dan Juga Belum Meratanya Jumlah Penduduk. Penduduk Di Daerah Perkotaan Biasanya Lebih Padat Dibanding Daerah Pedesaan, Hal Ini Berkaitan Dengan Sejumlah Fasilitas Yang Rata-Rata Terdapat Di Daerah Perkotaan Sehingga Merupakan Daya Tarik Tersendiri Bagi Penduduk Untuk Tinggal Di Perkotaan. Kepadatan Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 31 Penduduk Di Kabupaten Di SULAWESI SELATAN Adalah Antara 34 Sampai Dengan 462 Jiwa Per Kilometer Persegi, Sedangkan Kepadatan Penduduk Di Daerah Kota Mencapai 585 Sampai Dengan 7.341 Jiwa Per Kilometer Persegi. Kepadatan Penduduk PROVINSI SULAWESI SELATAN Dalam Kurun Waktu 2007 Hingga 2011 Nampak Terus Bertambah, Yaitu Dari 169 Jiwa Kilometer Persegi Menjadi 178 Pada Tahun 2011. Apabila Dilihat Menurut Kabupaten/Kota Maka Wilayah Terpadat Penduduknya Adalah Kota Makassar, Pare-Pare Dan Palopo Yang Masing-Masing Sebesar 7.341, 1.233 Dan 585 Jiwa Per Kilometer Persegi. Sedangkan Selain Ketiga Kota Tersebut Terlihat Pula Kabupaten Yang Tergolong Padat Penduduknya Berada Di Wilayah Sebelah SELATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Yaitu Kabupaten Takalar, Bantaeng, Jeneponto, Bulukumba Dan Gowa. Kabupaten-Kabupaten Tersebut Merupakan Daerah Dengan Luas Wilayah Yang Relatif Kecil Dibandingkan Kabupaten-Kabupaten Yang Berada Di Wilayah Sebelah Utara PROVINSI SULAWESI SELATAN, Sehingga Walaupun Jumlah Penduduk Tidak Terlalu Besar, Tetapi Kepadatan Penduduk Per Kilometer Persegi Tergolong Besar. Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 32 Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011 1 2 3 4 5 6 01. Selayar 117.860 119.811 121.749 122.055 123,283 02. Bulukumba 386.239 390.543 394.746 394.560 398,531 03. Bantaeng 171.468 172.849 174.176 176.699 178,477 04. Jeneponto 330.379 332.334 334.175 342.700 346,149 05. Takalar 252.270 255.154 257.974 269.603 272,316 06. Gowa 594.423 605.876 617.317 652.941 659,512 07. Sinjai 223.522 225.943 228.304 228.879 231,182 08. Maros 299.662 303.211 306.687 319.002 322,212 09. Pangkep 291.506 295.137 298.701 305.737 308,814 10. Barru 160.428 161.732 162.985 165.983 167,653 11. Bone 699.474 705.717 711.748 717.682 724,905 12. Soppeng 228.181 229.502 230.744 223.826 226,079 13. Wajo 375.833 378.512 381.066 385.109 388,985 14. Sidrap 248.769 250.666 252.483 271.911 274,648 15. Pinrang 342.852 346.988 351.042 351.118 354,652 16. Enrekang 185.527 188.070 190.576 190.248 192,163 17. Luwu 320.205 324.229 328.180 332.482 335,828 18. Tator 452.663 234.534 240.249 221.081 223,306 19. Luwu Utara 305.468 313.674 321.979 287.472 290,365 20. Luwu Timur 224.383 230.821 237.354 243.069 245,515 21. Toraja Utara 226.478 229.090 216.762 218,943 22. Makassar 1.235.239 1.253.656 1.271.870 1.338.663 1,352,136 23. Pare-Pare 116.309 117.591 118.842 129.262 130,563 24. Palopo 137.595 141.996 146.482 147.932 149,421 PROVINSI 7.700.255 7.805.024 7.908.519 8.034.776 8,115,638 Sumber BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN Keterangan Belum Terbentuk Kabupaten Penduduk Kab Toraja, Termasuk Kab Toraja Utara Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2007-2011 Dalam Jiwa Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 33 Kabupaten/ Kota Rata-Rata2006 - 2010 Rata-Rata 2007 - 2011 1 2 3 01. Selayar 1.33 1.02 02. Bulukumba 0.84 1.68 03. Bantaeng 0.89 2.40 04. Jeneponto 0.94 0.79 05. Takalar 1.77 1.61 06. Gowa 2.65 1.31 07. Sinjai 0.87 1.04 08. Maros 1.71 0.80 09. Pangkep 1.42 -0.09 10. Barru 0.97 0.79 11. Bone 0.84 2.19 12. Soppeng -0.18 0.82 13. Wajo 0.74 0.88 14. Sidrap 2.10 1.11 15. Pinrang 0.92 -10.28 16. Enrekang 1.02 -1.09 17. Luwu 1.22 2.30 18. Tator -10.05 19. Luwu Utara -0.60 2.03 20. Luwu Timur 2.73 2.59 21. Toraja Utara 2.21 22. Makassar 2.20 23. Pare-Pare 2.59 1.02 24. Palopo 2.71 1.68 1.33 2.40 PROVINSI 1.66 1.57 Sumber BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN Keterangan Belum Terbentuk Kabupaten Kab. Tator Utara, Masih Tergabung Dengan Kab. Tator Tabel 3.2. Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2006-2011 Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 34 Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-Rata 1 2 3 4 5 6 7 01. Selayar 106 133 135 135 136 134 02. Bulukumba 335 338 342 342 345 340 03. Bantaeng 433 437 440 446 451 441 04. Jeneponto 366 368 370 379 383 373 05. Takalar 445 450 455 476 481 462 06. Gowa 316 322 328 347 350 332 07. Sinjai 273 276 278 279 282 278 08. Maros 185 187 189 197 199 192 09. Pangkep 262 265 269 275 278 270 10. Barru 137 138 139 141 143 139 11. Bone 153 155 156 157 159 156 12. Soppeng 168 169 170 165 166 167 13. Wajo 150 151 152 154 155 152 14. Sidrap 132 133 134 144 146 138 15. Pinrang 175 177 179 179 181 178 16. Enrekang 104 105 107 107 108 106 17. Luwu 107 108 109 111 112 109 18. Tator 141 110 113 104 109 134 19. Luwu Utara 41 42 43 38 39 40 20. Luwu Timur 32 33 34 35 35 34 21. Toraja Utara 213 201 190 194 22. Makassar 7.028 7.132 7.236 7616 7693 7341 23. Pare-Pare 1.171 1.184 1.196 1301 1314 1233 24. Palopo 887 574 592 598 604 585 PROVINSI 169 171 174 177 178 174 Sumber BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN Keterangan Belum Terbentuk Kabupaten Tabel.3.3. Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2007-2011 Jiwa Per Kilometer Persegi Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 35 3.2.Bidang Kesehatan Aspek Penting Dalam Kesejahteraan Penduduk Adalah Kualitas Fisik Penduduknya, Hal Ini Dapat Digambarkan Oleh Beberapa Indikator Kesehatan. Terdapat Beberapa Indikator Yang Dapat Dipergunakan Untuk Mencerminkan Secara Umum Tentang Kesehatan Penduduk, Antara Lain Adanya Ketersediaan Fasilitas Dan Tenaga Kesehatan. Ketersediaan Fasilitas Dan Tenaga Kesehatan Mencerminkan Secara Kasar/ Umum Tentang Bagaimana Kesehatan Penduduk Sekaligus Dapat Juga Mencerminkan Tentang Bagaimana Pelayanan Kesehatan Yang Telah Dilakukan Oleh Pemerintah Dalam Usaha Menyehatkan Masyarakatnya. A. Fasilitas Kesehatan Dalam Rangka Meningkatkan Derajat Kesehatan Dan Status Kesehatan Penduduk, Ketersediaan Serta Keterjangkauan Fasilitas Dan Sarana Kesehatan Merupakan Salah Satu Faktor Yang Penting. Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Seperti Rumah Sakit Dan Puskesmas Dalam Pelayanan Kesehatan Penduduk Menjadi Suatu Keharusan. Pada Umumnya Di Daerah Perkotaan Tersedia Rumah Sakit Dan Juga Puskesmas, Sedangkan Di Daerah Pedesaan Umumnya Hanya Terdapat Puskesmas Termasuk Puskesmas Pembantu Atau Puskesmas Keliling. Fasilitas Kesehatan Yang Dimaksudkan Dalam Bab Ini Adalah Banyaknya Rumah Sakit Dan Puskesmas Termasuk Puskesmas Pembantu Atau Puskesmas Keliling. Ttp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 36 Keterbandingan Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Dengan Jumlah Penduduk Dirasakan Masih Belum Optimal. Pada Tahun 2007 Terdapat Sekitar 2,65 Fasilitas Kesehatan Dalam 10.000 Penduduk, Angka Tersebut Meningkat Terus Hingga Pada Tahun 2008 Sekitar 2,74 Tetapi Pada Tahun 2009 Fasilitas Kesehatan Turun Menjadi 2,56 Dan Pada Tahun 2010 Nilainya Kembali Turun Menjadi 2,54 Tetapi Pada Tahun 2011 Naik Tajam Menjadi 2,71. Secara Rata-Rata Angka Rasio Tersebut Sebesar 2,64 Selama Kurun Waktu 2007 Hingga 2011. B. Tenaga Kesehatan Seperti Telah Diuraikan Sebelumnya Bahwa Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Dapat Memberikan Gambaran Tentang Kesehatan Masyarakat. Indikator Lain Yang Juga Memberikan Gambaran Yang Serupa Akan Tetapi Dilihat Dari Ketersediaan Personil Atau Tenaga Grafik 3.2. Jumlah Fasilitas Kesehatan Per 10.000 Penduduk PROVINSI SULAWESI SELATAN Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 37 Kesehatan. Diharapkan Ketersediaan Tenaga Kesehatan Yang Cukup Bagi Masyarakat Dapat Meningkatkan Kualitas Kesehatan Masyarakat. Dalam Periode Tahun 20072011, Jumlah Tenaga Kesehatan Terlihat Cenderung Meningkat, Walaupun Terdapat Adanya Fluktuasi Dalam Selang Waktu Pada Periode Tersebut. Rasio Tenaga Kesehatan Per 10.000 Penduduk Dapat Menggambarkan Hal Tersebut, Yaitu Pada Tahun 2007 Rasionya Sebesar 13,4 Dan Meningkat Menjadi 16,30 Pada Tahun 2011. Keterbandingan Jumlah Dokter Dengan Jumlah Fasilitas Kesehatan Mencerminkan Apakah Dalam Setiap Rumah Sakit Dan Puskesmas Terdapat Atau Tersedia Tenaga Dokter. Dalam Periode 20072011, Rata-Rata Terdapat Lebih Dari 1 Orang Dokter Pada Setiap Fasilitas Kesehatan Dan Kecenderungannya Terus Meningkat. Grafik.3.3. Fasilitas Dan Tenaga Kesehatan Per 10.000 Penduduk PROVINSI SULAWESI SELATAN Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 38 Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-Rata 1 2 3 4 5 6 7 01. Kep. Selayar 6,69 8,27 7,15 7,21 7,62 7,39 02. Bulukumba 2,54 2,49 0,43 0,46 2,43 1,67 03. Bantaeng 2,81 4,37 2,70 2,66 2,69 3,05 04. Jeneponto 2,57 2,78 2,69 2,63 2,72 2,68 05. Takalar 3,94 3,21 2,87 2,74 2,75 3,10 06. Gowa 2,53 2,67 2,75 2,59 2,52 2,61 07. Sinjai 3,56 4,33 4,12 4,15 4,11 4,05 08. Maros 2,35 2,10 0,52 0,47 1,89 1,47 09. Pangkep 3,11 3,67 3,31 3,27 3,30 3,33 10. Barru 3,27 3,24 3,37 3,31 3,52 3,34 11. Bone 1,96 2,15 2,12 2,12 2,11 2,09 12. Soppeng 3,47 3,79 3,47 3,57 3,54 3,57 13. Wajo 2,80 2,59 2,62 2,60 2,75 2,67 14. Sidrap 2,67 2,77 2,85 2,65 2,69 2,73 15. Pinrang 2,36 2,33 2,34 2,36 2,45 2,37 16. Enrekang 4,30 4,69 5,09 5,10 5,20 4,88 17. Luwu 4,17 4,29 4,45 4,39 4,38 4,34 18. Tator 2,82 2,81 4,83 5,25 3,31 3,80 19. Luwu Utara 3,46 2,94 2,70 3,06 3,00 3,03 20. Luwu Timur 3,83 2,97 3,03 3,00 3,83 3,33 21. Toraja Utara 3,62 3,28 2,97 3,29 22. Makassar 0,88 1,09 6,59 1,06 1,11 2,15 23. Pare-Pare 3,14 3,00 0,21 2,17 2,60 2,22 24. Palopo 3,22 2,98 3,70 3,04 3,75 3,34 PROVINSI 2,65 2,74 2,56 2,54 2,71 2,64 Sumber BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN Catatan Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit Puskesmas Keterangan Puskesmas Termasuk Puskesmas Pembantu Dan Keliling Tabel 3.1. Rasio Fasilitas Kesehatan Per 10.000 Penduduk PROVINSI SULAWESI SELATAN Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 39 Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-Rata 1 2 3 4 5 6 7 01. Selayar 18,4 16,2 21,8 21,71 23,20 20,3 02. Bulukumba 10,8 8,5 11,0 10,97 11,14 10,5 03. Bantaeng 10,5 10,1 10,6 10,47 14,06 11,2 04. Jeneponto 8,3 8,2 9,2 8,99 8,84 8,7 05. Takalar 12,0 11,7 16,7 15,99 14,06 14,1 06. Gowa 8,1 8,2 8,9 8,41 8,58 8,4 07. Sinjai 14,3 13,8 17,3 17,30 17,30 16,0 08. Maros 12,7 12,5 11,1 10,66 12,07 11,8 09. Pangkep 17,7 8,1 18,9 18,51 16,09 15,9 10. Barru 18,5 18,1 17,3 16,99 21,00 18,4 11. Bone 3,8 5,1 6,7 6,62 6,79 5,8 12. Soppeng 11,0 11,0 11,8 12,20 17,83 12,8 13. Wajo 11,0 10,7 12,1 11,97 11,98 11,6 14. Sidrap 13,2 12,9 15,4 14,31 19,01 15,0 15. Pinrang 12,1 11,7 8,9 8,91 12,77 10,9 16. Enrekang 13,7 15,3 15,8 15,87 20,87 16,3 17. Luwu 17,6 16,8 14,2 14,05 15,13 15,6 18. Tator 16,1 15,4 13,7 14,93 23,11 16,6 19. Luwu Utara 12,6 14,0 14,0 15,72 17,32 14,7 20. Luwu Timur 13,5 13,1 18,7 18,27 19,84 16,7 21. Toraja Utara 18,8 12,69 19,55 17,0 22. Makassar 17,3 28,1 188,5 32,26 21,49 57,5 23. Pare-Pare 42,3 41,4 4,4 42,86 41,13 34,4 24. Palopo 35,1 27,5 35,5 28,53 28,71 31,1 PROVINSI 13,4 14,7 11,5 16,47 16,30 14,5 Sumber BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN Keterangan Tenaga Kesahatan Dokter, Bidan/ Perawat Dan Paramedis Tabel 3.2. Rasio Tenaga Kesehatan Per 10.000 Penduduk PROVINSI SULAWESI SELATAN Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 40 Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-Rata 1 2 3 4 5 6 7 01. Selayar 0,4 0,5 0,4 0,4 0,4 0,4 02. Bulukumba 0,9 0,9 3,6 3,4 0,7 1,9 03. Bantaeng 0,7 1,1 0,8 0,8 0,9 0,9 04. Jeneponto 1,0 1,1 0,4 0,4 0,5 0,7 05. Takalar 0,4 0,3 3,0 3,0 1,0 1,6 06. Gowa 0,7 0,8 0,5 0,5 1,0 0,7 07. Sinjai 1,2 1,5 0,6 0,5 0,6 0,9 08. Maros 1,7 1,5 5,0 5,3 1,8 3,1 09. Pangkep 1,7 2,1 1,0 1,0 1,0 1,4 10. Barru 0,9 0,9 0,8 0,8 1,1 0,9 11. Bone 0,5 0,5 0,4 0,4 0,6 0,5 12. Soppeng 0,9 1,0 0,6 0,6 0,9 0,8 13. Wajo 0,3 0,3 0,6 0,6 0,8 0,5 14. Sidrap 0,9 0,9 0,7 0,7 1,0 0,9 15. Pinrang 1,0 1,0 0,5 0,5 0,6 0,7 16. Enrekang 0,9 0,9 0,4 0,4 0,5 0,6 17. Luwu 2,1 2,1 0,2 0,2 0,2 0,9 18. Tator 0,6 0,6 0,4 0,4 0,7 0,5 19. Luwu Utara 1,8 1,6 0,4 0,4 0,5 1,0 20. Luwu Timur 0,3 0,3 0,8 0,8 0,7 0,6 21. Toraja Utara 8,1 0,6 0,9 3,2 22. Makassar 5,1 6,6 2,4 8,7 8,3 6,2 23. Pare-Pare 7,4 7,4 1,3 2,3 1,9 4,1 24. Palopo 5,9 5,8 0,9 1,3 1,9 3,2 PROVINSI 1,5 1,6 1,3 1,3 1,3 1,4 Catatan Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit Puskesmas Keterangan Puskesmas Termasuk Puskesmas Pembantu Dan Keliling Sumber BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN Tabel 3.3. Rasio Dokter Terhadap Falistas Kesehatan PROVINSI SULAWESI SELATAN Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 41 3.3. Bidang Pendidikan Pendidikan Memegang Peranan Yang Sangat Penting Dalam PEMBANGUNAN Nasional, Hal Tersebut Dapat Dilihat Dengan Kebijakan Pemerintah Dalam Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Telah Ditetapkan Bahwa Anggaran Pendidikan Sebesar 11 Persen Dari Total Anggaran. Tak Dapat Dipungkiri Bahwa Pendidikan Sebagai Unsur Penting Dalam Peningkatan Kualitas Sumber Daya MANUSIA. Kualitas Sumber Daya MANUSIA Yang Tinggi Diharapkan Akan Berimplikasi Kepada Produktivitas Yang Tinggi Pula Sehingga Akan Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Untuk Itu Pemerintah Terus Berupaya Dalam Meningkatkan Pendidikan Melalui Berbagai Program, Antara Lain Dengan Meningkatkan Pengadaan Sarana/ Prasarana Pendidikan, Program Wajib Belajar, Bea Siswa Dan Bantuan Operasional Sekolah Serta Beberapa Program Lainnya. Dalam Uraian Berikut Akan Diuraikan Berbagai Indikator Pendidikan, Antara Angka Partisipasi Kasar, Angka Putus Sekolah, Rasio Murid-Guru- Sekolah, Angka Melek Huruf, Serta Rata-Rata Lama Sekolah. A. Angka Partisipasi Sekolah Untuk Melihat Sejauh Mana Anak Usia Sekolah Yang Terserap Diberbagai Pendidikan Dasar Hingga Pendidikan Lanjutan Atas. Dalam Hal Ini Akan Digunakan Indikator Angka Partisipasi Kasar Dan Angka Putus Sekolah. Untuk Jenjang Sekolah Dasar, Dalam Kurun Waktu 5 Tahun Terakhir Anak Usia 7-12 Tahun Yang Bersekolah Di Jenjang Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 42 Pendidikan Dasar Menjadi 102,09 Persen Atau Secara Rata-Rata Sebesar 103,48 Persen. Keadaan Yang Sangat Menggembirakan Dalam Bidang Pendidikan Adalah Adanya Kecenderungan Angka Partisipasi Sekolah Yang Terus Meningkat, Terutama Pada Jenjang Sekolah Dasar. Sedangkan Pada Jenjang Yang Lebih Tinggi Tingkat Partisipasi Sekolah Angka Relatif Lebih Rendah Daripada Jenjang Sekolah Dasar. Walaupun Pada Masing-Masing Jenjang Trennya Meningkat, Tetapi Secara Umum, Semakin Tinggi Jenjang Pendidikan, Maka Tingkat Partisipasi Sekolah Akan Semakin Menurun. B. Angka Melek Huruf Kemampuan Membaca Dan Menulis Bagi Setiap Penduduk Merupakan Hal Yang Sangat Mendasar Untuk Dapat Lebih Berperan Aktif Dalam PEMBANGUNAN Bangsa. Keberhasilan Mengentaskan Grafik 3.4 Angka Partisipasi Kasar SULAWESI SELATAN Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 43 Penduduk Yang Buta Huruf, Tidak Saja Menjadi Tugas Pemerintah Melalui Berbagai Programnya Akan Tetapi Peran Serta Masyarakat Juga Turut Menentukan. Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf Komplemen Dari Buta Huruf Dalam Lima Tahun Terakhir Ini Terus Mengalami Peningkatan. Sebagai Ilustrasi, Pada Tahun 2007 Sebesar 86,24 Persen Menjadi 88,07 Persen Pada Tahun 2011. Artinya Pada Tahun 2011 Masih Terdapat 11,93 Persen Penduduk Yang Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Tidak Dapat Membaca Dan Menulis. C.Rata-Rata Lama Sekolah Indikator Lain Yang Dapat Mencerminkan Tentang Keberhasilan PEMBANGUNAN Di Bidang Pendidikan Adalah Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk. Angka Ini Dapat Menggambarkan Secara Umum Jenjang Pendidikan Dan Sekaligus Tingkat Pendidikan Penduduk. Selama Grafik 3.5 Angka Melek Huruf SULAWESI SELATAN Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 44 Kurun Waktu 5 Tahun Terakhir, Rata-Rata Lama Bersekolah Penduduk Menunjukkan Kecenderungan Yang Terus Meningkat. Pada Tahun 2007 Rata-Rata Lama Bersekolah Sebesar 7,23 Tahun Dan 2011 Menjadi 7,84 Tahun Atau Dengan Kata Lain Bahwa Rata-Rata Penduduk SULAWESI SELATAN Pernah Atau Sedang Duduk Pada Kelas 1 SLTP Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Pencanangan Kebijakan Pemerintah Yang Membebaskan Biaya Sekolah Atau Yang Dikenal Dengan Pendidikan Gratis Dengan Dana BOS Sejak Tahun 2007 Mulai Memberikan Dampak Terhadap Perbaikan Rata-Rata Lama Bersekolah. Hal Ini Ditunjukkan Oleh Kenaikan Angka Rata-Rata Lama Sekolah Yang Sebelumnya Relatif Lambat, Menjadi Lebih Cepat Pada Tahun 2009 Dan 2010. D. Rasio Murid-Guru-Sekolah Program Wajib Belajar 9 Tahun Yang Telah Dicanangkan Pemerintah Dapat Dikatakan Berhasil Apabila Diiringi Dengan Meningkatnya Fasilitas Pendidikan Seperti Peningkatan Jumlah Sekolah Dan Tenaga Pengajar. Keadaan Tersebut Dapat Dicerminkan Dengan Meningkatnya Daya Tampung Pada Setiap Jenjang Pendidikan Dan Meningkatnya Perbandingan Anak Didik Dan Guru. Rasio Murid Terhadap Guru Rasio Murid Terhadap Guru Dapat Juga Diartikan Sebagai Jumlah Anak Didik/Murid Yang Harus Diawasi Atau Menjadi Tanggung Jawab Dari Seorang Guru. Pada Jenjang Pendidikan Dasar Seorang Guru Mengawasi Sekitar 21 Murid, Pada Jenjang Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 45 Pendidikan Menengah Sekitar 15 Murid Dan Pada Jenjang Pendidikan Atas Sekitar 13 Murid. Selama Periode 2007-2011 Memberikan Gambaran Bahwa Pada Jenjang Pendidikan Dasar, Menengah Dan Lanjutan Memperlihatkan Perbandingan Antara Murid Dan Guru Semakin Kecil Atau Dengan Kata Lain Seorang Guru Mengawasi Murid Yang Semakin Sedikit Pada Jenjang Pendidikan Yang Lebih Tinggi. Rasio Murid Terhadap Sekolah Perbandingan Antara Murid Dan Sekolah, Mencerminkan Besarnya Daya Tampung Anak Usia Sekolah Pada Masing-Masing Jenjang Pendidikan. Pada Jenjang Pendidikan Dasar Setiap Sekolah Dapat Menampung Anak Didik Sebanyak 171 Orang, Pada Grafik 3.6 Angka Rasio Murid Terhadap Guru SULAWESI SELATAN Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 46 Jenjang Menengah 270 Anak Didik, Dan Jenjang Pendidikan Atas 256 Anak Didik Pada Tahun 2011. Grafik Berikut Memberikan Kemampuan Sekolah Dalam Menampung Anak Usia Sekolah. Grafik 3.7 Rata-Rata Murid Per Sekolah SULAWESI SELATAN Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 47 Indikator Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-Rata 1 2 3 4 5 6 7 1. Angka Partisipasi Kasar A. Sekolah Dasar 108.56 109.25 88.13 109.38 102.09 103.48 B. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 71.70 72.51 62.98 74.77 87.15 73.82 C. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 40.61 52.37 52.17 71.07 66.17 56.48 2. Angka Melek Huruf 86.24 86.53 87.02 87.75 88.07 87.12 3. Rata-Rata Lama Bersekolah Tahun 7.23 7.23 7.41 7.84 7.84 7.51 4. Rasio Murid Terhadap Guru A. Sekolah Dasar 21 18 7 16 21 17.04 B. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 12 15 12 14 15 13.17 C. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 13 14 12 13 13 13.35 5. Rasio Murid Terhadap Sekolah A. Sekolah Dasar 161 165 168 158 171 164.19 B. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 248 227 245 213 270 238.03 C. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 292 331 346 265 256 306.28 Sumber BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN Tabel 3.4. Beberapa Indikator Penting Pendidikan PROVINSI SULAWESI SELATAN Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 48 3.4. Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan Merupakan Aspek Yang Penting Dalam PEMBANGUNAN Ekonomi, Karena Tenaga Kerja Merupakan Salah Satu Balas Jasa Faktor Produksi. Akhir-Akhir Ini Topik Mengenai Masalah Kesempatan Kerja Dan Pertumbuhan Ekonomi Baik Dalam Skala Nasional Maupun Regional Mendapat Perhatian Banyak Orang. Pertumbuhan Ekonomi Yang Tinggi Membutuhkan Penambahan Investasi Dan Kebijakan Ekonomi Yang Kondusif Merupakan Suatu Hal Penting. Dengan Penambahan Investasi Baru Diharapkan Dapat Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Yang Pada Akhirnya Juga Dapat Menciptakan Lapangan Kerja Baru. Sumber Data Yang Dipergunakan Berdasarkan Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional Sakernas Tahun 2007 Hingga 2011. Sebenarnya Data Angkatan Kerja Juga Dihasilkan Oleh Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas, Namun Karena Data Sakernas Lebih Spesifik Sehingga Dalam Bahasan Ini Akan Digunakan Data Sakernas. Indikator Untuk Melihat Perkembangan Ketenagakerjaan Antara Lain Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, Tingkat Pengangguran Terbuka Dan Penyerapan Tenaga Kerja Serta Elastisitasnya. A. Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Merupakan Indikator Yang Dapat Menggambarkan Keadaan Penduduk Yang Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Berpartisipasi Dalam Kegiatan Ekonomi. Tingginya Angka Ini Perlu Dicermati, Karena Apabila Disebabkan Oleh Bertambahnya Penduduk Yang Bekerja Menunjukkan Partisipasi Yang Baik, Akan Ht Tp // Ul Se L.B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 49 Tetapi Jika Disebabkan Oleh Bertambahnya Jumlah Pencari Kerja Maka Menunjukkan Rendahnya Kesempatan Kerja. Perkembangan Tenaga Kerja Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Dalam Periode Bulan Agustus 2007 Hingga Agustus 2011 Mengalami Peningkatan Sebesar 3,56 Persen. Jika Dilihat Secara Jumlah, Selama Kurun Waktu Tersebut Diatas, Jumlah Penduduk Meningkat Sebesar 415.383 Orang Dan Jumlah Tenaga Kerja Meningkat Sebesar 193.306 Orang. Sedangkan Tenaga Kerja Yang Bekerja Meningkat Sebanyak 436.035 Orang, Yang Artinya Bahwa Selama Kurun Waktu Antara 2007-2011 Pertumbuhan Tenaga Kerja Yang Bekerja Lebih Tinggi Dibandingkan Pertumbuhan Tenaga Kerja. Dimana Tenaga Kerja Tumbuh Sebesar 3,56 Persen, Sedangkan Yang Bekerja Mengalami Pertumbuhan Sebesar 14,83 Persen. Jadi Banyak Tenaga Kerja Yang Pada Tahun 2007 Tidak Atau Belum Bekerja, Berubah Status Menjadi Bekerja Pada Tahun 2011. Dari Jumlah Tenaga Kerja Sekitar 5,6 Juta Orang Pada Agustus 2011 Terdapat 64,32 Persen Yang Siap Untuk Bekerja Biasa Disebut Dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja. Besarnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Selama Tahun 2007-2011 Tidak Mengalami Perubahan Yang Sangat Berarti. Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 50 B. Tingkat Pengangguran Tingkat Pengangguran Terbuka SULAWESI SELATAN Dalam Periode Agustus 2007 Hingga Agustus 2011 Memperlihatkan Keadaan Yang Semakin Membaik. Keadaan Itu Digambarkan Angka Tingkat Pengangguran Terbuka Pada Agustus 2007 Sebesar 11,25 Persen Dan Menjadi 6,56 Persen Pada Agustus 2011. Apabila Dibandingkan Dengan Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional Maka Tingkat Pengangguran Terbuka SULAWESI SELATAN Relatif Lebih Tinggi Pada Tahun 2007 Dan Akhirnya Pada Tahun 2011 Menunjukkan Persentase Yang Sebanding. Uraian Bulan Agustus 2007 2008 2009 2010 2011 1 2 3 4 5 6 1. Tenaga Kerja Jiwa 5.423.403 5.559.748 5.660.624 5.567.601 5,616,709 2. Angkatan Kerja Jiwa 3.312.177 3.447.879 3.536.920 3.571.317 3,612,424 A. Bekerja 2.939.463 3.136.111 3.222.256 3.272.365 3,375,498 B. Pencari Kerja 372.714 311.768 314.664 298.952 236,926 3. Bukan Angkatan Kerja Jiwa 2.111.226 2.111.869 2.123.704 1.996.284 2,004,285 4. Partisipasi Angkatan Kerja 61,07 62,02 62,48 64,10 64.32 Sumber BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN Catatan Hasil Sakernas Tahun 2011 Tabel 3.4.1 Keadaan Tenaga Kerja SULAWESI SELATAN Periode Agustus 2007 Agustus 2011 Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 51 C. Penyerapan Tenaga Kerja Mereka Yang Terserap Di Berbagai Lapangan Pekerjaan Pada Periode Agustus 2006 Sebesar 2,7 Juta Orang Dan Meningkat Menjadi 3,4 Juta Orang Pada Pebruari 2012. Jadi Dalam Periode Itu Telah Terjadi Penambahan Tenaga Kerja/ Orang Yang Bekerja Kurang Lebih 700 Ribu Orang. Struktur Penyerapan Tenaga Kerja Pada Berbagai Sektor Ekonomi Dalam Periode Yang Sama Memperlihatkan Pola Yang Sama. Dimana Sektor Pertanian Merupakan Sektor Penyerap Tenaga Kerja Yang Terbesar Kemudian Sektor Perdagangan Dan Jasa-Jasa. Grafik 3.2. Tingkat Pengangguran Terbuka SULAWESI SELATAN Periode 2005 Agustus 2011 Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 52 Uraian 2010 2011 2012 Agustus Pebruari Agustus Pebruari 1 4 5 6 7 1. Pertanian 48,1 47,0 43,5 43,1 2. Industri Pengolahan 6,0 6,4 6,6 7,0 3. Perdagangan/Hotel/ Rumah Makan 18,4 17,7 19,4 19,4 4. Jasa-Jasa 15,3 18,0 17,1 17,1 5. Lainnya 12,2 11,1 13,4 13,5 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Catatan Hasil Sakernas. Tabel 3.4.2 Penyerapan Tenaga Kerja SULAWESI SELATAN Periode Agustus 2010 Pebruari 2012 Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 53 3.5. Perekonomian A. Pertumbuhan Ekonomi Pada Tahun 2011 Pertumbuhan Ekonomi PROVINSI SULAWESI SELATAN Sebesar 7,65 Persen. Hal Ini Menunjukkan Bahwa Kinerja Perekonomian Selama Tahun 2011 Meningkat Setelah Sedikit Melambat Pada Tahun 2010, Yakni Dari 8,19 Persen Pada Tahun 2010 Menjadi 7,65 Persen Pada Tahun 2011. Perekonomian PROVINSI SULAWESI SELATAN Yang Diukur Berdasarkan Besaran Produk Domestik Regional Bruto PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Pada Tahun 2011 Sebesar Rp.137,4 Triliun, Sedangkan Atas Dasar Harga Konstan 2011 Sebesar Rp.55,1 Triliun. Angka Pertumbuhan SULAWESI SELATAN Tahun 2010 Mencapai Angka Tertinggi Selama Periode 10 Tahun Terakhir Setelah Sebelumnya Sedikit Melambat. Perekonomian SULAWESI SELATAN Yang Dicapai Pada Tahun 2011 Dipicu Oleh Hampir Seluruh Sektor Ekonomi, Bahkan Sektor Pertambangan Dan Penggalian Mengalami Kenaikan Yang Cukup Signifikan. Peningkatan Pada Sektor Pertambangan Dan Penggalian Disebabkan Karena Kembali Meningkatnya Permintaan Akan Nikel Dari Pasar Dunia. Jika Pada Tahun 2009 Pertumbuhan Sektor Pertambangan Dan Penggalian Bernilai -11,25 Karena Turun Dari Rp.6,2 Triliun Menjadi Rp. 5,5 Triliun. Maka Pada Tahun 2011 Pertumbuhan Sektor Ini Naik Secara Signifikan Sebesar 17,22 Persen Menjadi Rp. 8,3 Triliun. Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 54 B. Pendapatan Regional Per Kapita Pendapatan Regional Per Kapita Atau PDRB Per Kapita Sering Digunakan Sebagai Salah Satu Indikator Tingkat Kemajuan Atau Tingkat Kesejahteraan Penduduk Suatu Wilayah. Dengan Berkembangnya Perekonomian Tentunya Berdampak Pada Tingkat Kesejahteraan Penduduk. Dalam Periode 2007-2011, PDRB Per Kapita PROVINSI SULAWESI SELATAN Meningkat Dari Sekitar 8,9 Juta Rupiah Menjadi Sekitar 16,9 Juta Rupiah Tahun 2011 Atau Rata-Rata Meningkat Sebesar 11,26 Persen Per Tahun. C. Kontribusi Perekonomian Daerah Besarnya PDRB Antar Kabupaten/ Kota Di SULAWESI SELATAN Cukup Bervariasi. Hal Ini Disebabkan Setiap Daerah Memiliki Keunggulan Komparatif Yang Berbeda, Seperti Perbedaan Tersedianya Sumber Daya Alam, Faktor Produksi Dan Infrastruktur Penunjangnya. Grafik 3.5.1 Tren Pertumbuhan Ekonomi SULAWESI SELATAN Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 55 0 3.500 7.000 10.500 14.000 17.500 21.000 24.500 28.000 31.500 35.000 38.500 42.000 45.500 49.000 Kep. Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkep Barru Bone Soppeng Wajo Sidrap Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Toraja Utara Makassar Pare-Pare Palopo Dalam Rp.Milyar Ka Bu Pa Te N/ Ko Ta 2011 2007 Total PDRB Kabupten/Kota Se SULAWESI SELATAN Atas Dasar Harga Berlaku Pada Tahun 2011 Tercatat Sekitar 137,4 Trilyun Rupiah. Dari Total PDRB Tersebut Sekitar 62,65 Persen Merupakan Kontribusi Dari Kota Makassar, Kabupaten Luwu Timur, Bone, Wajo, Pangkep, Pinrang, Dan Gowa. Grafik 3.5.2 Kontribusi Perekonomi Kabupaten/ Kota Di SULAWESI SELATAN, Dalam Periode Tahun 2007 Dan 2011 Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 56 Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 1 2 3 4 5 6 1. Pertanian 20.900.360,49 25.071.808,60 28.008.206,01 30.442.430,26 34.788.232,48 2. Pertambangan Penggalian 5.893.998,94 6.201.497,87 5.503.777,31 7.119.680,36 8.345.845,13 3. Industri Pengolahan 9.158.552,38 11.060.440,24 12.514.885,58 14.457.258,62 16.789.287,78 4. Listrik, Gas, Air Bersih 721.960,26 838.095,50 949.235,25 1.087.972,08 1.245.911,79 5. Konstruksi 3.204.097,51 4.253.527,78 5.387.785,84 6.534.511,55 7.760.900,52 6. Perdagangan 10.986.578,24 13.913.799,61 16.690.285,31 20.434.953,20 24.236.346,66 7. Angkutan Komunikasi 5.769.052,39 6.972.018,13 7.953.951,42 9.445.566,86 10.849.841,36 A. Angkutan 4.796.453,34 5.876.725,49 6.680.577,50 7.948.439,91 9.120.542,14 B. Komunikasi 972.599,05 1.095.292,64 1.273.373,92 1.497.126,95 1.729.299,21 8. Keu, Persew. Js. Pershan 4.285.184,43 5.203.001,17 6.241.522,40 7.810.114,22 9.513.693,76 9. Jasa - Jasa 8.352.139,93 11.629.002,38 16.704.940,62 20.529.723,04 23.859.819,93 A. Pemerintahan Umum 7.816.248,79 11.009.630,97 15.998.997,01 19.723.479,49 22.941.271,98 B. Swasta 535.891,14 619.371,41 705.943,61 806.243,54 918.547,94 Produk Domestik Regional Bruto PDRB 69.271.924,57 85.143.191,27 99.954.589,75 117.862.210,18 137.389.879,40 Tabel 3.5.1 PDRB SULAWESI SELATAN Menurut Lapangan Usaha, 2007 2011 Atas Dasar Harga Berlaku Rp. Juta Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 57 Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 1 2 3 4 5 6 1. Pertanian 12.181.818,23 12.923.422,93 13.528.694,51 13.844.685,62 14.737.350,72 2. Pertambangan Penggalian 4.157.151,84 4.034.942,76 3.852.793,21 4.459.322,37 4.170.845,33 3. Industri Pengolahan 5.741.389,91 6.241.442,02 6.468.785,46 6.869.433,85 7.394.453,42 4. Listrik, Gas, Air Bersih 400.881,01 450.999,19 490.447,48 529.818,01 575.411,08 5. Konstruksi 1.942.088,56 2.328.425,32 2.656.772,23 2.900.265,53 3.250.823,41 6. Perdagangan 6.322.425,76 7.034.556,56 7.792.098,43 8.698.811,13 9.631.861,99 7. Angkutan Komunikasi 3.244.612,89 3.651.369,31 4.023.676,45 4.619.928,73 5.179.271,29 A. Angkutan 2.596.386,20 2.903.248,21 3.146.706,60 3.593.263,84 3.994.313,53 B. Komunikasi 648.226,69 748.121,09 876.969,86 1.026.664,89 1.184.957,76 8. Keu, Persew. Js. Pershan 2.610.477,11 2.881.068,05 3.203.983,96 3.742.089,31 4.297.327,30 9. Jasa - Jasa 4.731.580,98 5.003.598,42 5.308.826,66 5.535.545,30 5.879.575,24 A. Pemerintahan Umum 4.390.144,21 4.632.387,06 4.900.913,19 5.088.698,57 5.394.820,09 B. Swasta 341.436,77 371.211,36 407.913,47 446.846,74 484.755,15 Produk Domestik Regional Bruto PDRB 41.332.426,29 44.549.824,55 47.326.078,38 51.199.899,85 55.116.919,80 Tabel 3.5.2 PDRB SULAWESI SELATAN Menurut Lapangan Usaha, 2007 2011 Atas Dasar Harga Konstan 2000 Rp. Juta Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 58 Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 1 2 3 4 5 6 1. Pertanian 30,17 29,45 28,02 25,83 29,52 2. Pertambangan Penggalian 8,51 7,28 5,51 6,04 7,08 3. Industri Pengolahan 13,22 12,99 12,52 12,27 14,24 4. Listrik, Gas, Air Bersih 1,04 0,98 0,95 0,92 1,06 5. Konstruksi 4,63 5,00 5,39 5,54 6,58 6. Perdagangan 15,86 16,34 16,70 17,34 20,56 7. Angkutan Komunikasi 8,33 8,19 7,96 8,01 9,21 A. Angkutan 6,92 6,90 6,68 6,74 7,74 B. Komunikasi 1,40 1,29 1,27 1,27 1,47 8. Keu, Persew. Js. Pershan 6,19 6,11 6,24 6,63 8,07 9. Jasa - Jasa 12,06 13,66 16,71 17,42 20,24 A. Pemerintahan Umum 11,28 12,93 16,01 16,73 19,46 B. Swasta 0,77 0,73 0,71 0,68 0,78 Produk Domestik Regional Bruto PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel 3.5.3 Kontribusi PDRB SULAWESI SELATAN Menurut Lapangan Usaha, 2007 2011 Atas Dasar Harga Berlaku Persentase Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 59 Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 1 2 3 4 5 6 1. Pertanian 3,21 6,09 4,68 2,34 6,45 2. Pertambangan Penggalian 6,83 -2,94 -4,51 15,74 -6,47 3. Industri Pengolahan 4,74 8,71 3,64 6,19 7,64 4. Listrik, Gas, Air Bersih 8,85 12,50 8,75 8,03 8,61 5. Konstruksi 8,63 19,89 14,10 9,17 12,09 6. Perdagangan 9,56 11,26 10,77 11,64 10,73 7. Angkutan Komunikasi 10,15 12,54 10,20 14,82 12,11 A. Angkutan 9,69 11,82 8,39 14,19 11,16 B. Komunikasi 12,04 15,41 17,22 17,07 15,42 8. Keu, Persew. Js. Pershan 11,54 10,37 11,21 16,79 14,84 9. Jasa - Jasa 5,64 5,75 6,10 4,27 6,21 A. Pemerintahan Umum 5,42 5,52 5,80 3,83 6,02 B. Swasta 8,55 8,72 9,89 9,54 8,48 Produk Domestik Regional Bruto PDRB 6,34 7,78 6,23 8,19 7,65 Tabel 3.5.4 Pertumbuhan Ekonomi SULAWESI SELATAN Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2007 - 2011 Dalam Persentase Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 60 Tabel 3.5.5 PDRB Kabupaten/ Kota Di SULAWESI SELATAN Berdasarkan Harga Berlaku, Periode 2007 2011 Dalam Rp.Juta No. Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010 2011 1 2 4 5 6 7 8 1 Kep. Selayar 639.933 771.305 917.280 1.131.658 1.386.061 2 Bulukumba 2.201.346 2.711.097 3.255.210 3.763.053 1.853.159 3 Bantaeng 1.030.104 1.245.481 1.532.911 1.831.773 2.179.097 4 Jeneponto 1.291.371 1.559.952 1.872.777 2.273.512 2.676.015 5 Takalar 1.279.151 1.550.676 1.837.602 2.055.097 2.368.107 6 Gowa 2.854.933 3.473.358 4.309.671 5.082.230 5.931.370 7 Sinjai 1.596.287 1.978.006 2.440.572 2.813.760 3.235.344 8 Maros 1.508.497 1.786.709 2.153.007 2.598.067 3.039.191 9 Pangkep 3.153.304 3.826.204 4.597.936 5.379.303 6.413.121 10 Barru 1.010.476 1.225.699 1.440.924 1.665.902 1.904.307 11 Bone 4.414.335 5.348.745 6.412.649 7.530.370 8.835.529 12 Soppeng 1.591.013 1.947.833 2.316.917 2.728.360 3.209.370 13 Wajo 3.266.279 3.925.639 4.664.693 5.409.458 6.655.974 14 Sidrap 1.957.683 2.405.540 2.944.141 3.366.801 4.215.930 15 Pinrang 3.046.875 3.737.021 4.492.957 5.290.786 6.216.774 16 Enrekang 1.132.356 1.347.212 1.614.215 1.921.409 2.291.691 17 Luwu 2.254.158 2.696.315 3.195.646 3.717.633 4.351.150 18 Tana Toraja 1.783.158 1.116.036 1.259.216 1.471.970 1.798.453 19 Luwu Utara 1.864.477 2.328.502 2.690.873 3.068.339 3.570.913 20 Luwu Timur 6.508.181 6.959.794 6.416.034 8.334.560 9.670.211 21 Toraja Utara 1.119.093 1.263.745 1.499.237 1.821.422 22 Makassar 20.844.233 26.068.221 31.263.652 37.007.452 43.428.150 23 Pare-Pare 1.063.435 1.298.779 1.518.156 1.796.671 2.073.556 24 Palopo 1.157.386 1.394.930 1.646.987 1.946.848 2.284.802 69.271.925 85.143.191 99.904.658 117.830.270 137.389.879 67.448.970 81.822.146 96.057.773 113.684.247 131.409.696 1.822.954 3.321.045 3.846.885 4.146.023 5.980.183 Sumber BP S PROVINSI SULAWESI SELATAN Ca Tatan Diskrepans I Stati Stik Adalah Besarnya Selis Ih Yang Disebabkan Oleh Perbedaan Perhitunga N Dengan Kabupaten/ Kota Belum Terbentuk PROVINSI Total Kab/ Kota Diskrepansi Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 61 Tabel 3.5.6 PDRB Perkapita Kabupaten/ Kota Di SULAWESI SELATAN Atas Dasar Harga Berlaku, 2007 Dan 2011 Dalam Rp. 2 3 4 5.436.846 11.242.919 8.339.883 5.699.308 10.755.395 8.227.352 5.946.212 12.209.399 9.077.806 3.843.365 7.730.819 5.787.092 4.914.329 8.696.171 6.805.250 4.638.690 8.993.574 6.816.132 7.124.881 13.994.793 10.559.837 4.896.479 9.432.271 7.164.375 10.646.111 20.766.938 15.706.525 6.184.288 11.358.620 8.771.454 6.262.916 12.188.533 9.225.725 7.129.950 14.195.790 10.662.870 8.564.615 17.111.133 12.837.874 7.463.412 15.350.303 11.406.858 8.887.578 17.529.224 13.208.401 6.118.661 11.925.764 9.022.212 6.979.164 12.956.485 9.967.824 8.217.545 8.053.762 8.135.653 6.676.110 12.298.014 9.487.062 28.830.814 39.387.454 34.109.134 - 8.319.159 16.300.820 32.118.182 24.209.501 8.564.557 15.881.651 12.223.104 8.461.227 15.291.036 11.876.131 Sumber BpsPROVINSI SULAWESI SELATAN Source BPS -Statisticstheprovinceof SouthSULAWESI 16.929.030 Rata-Rata 12.918.144 73. Palopo PROVINSI -Province 8.907.258 18. Tanatoraja 22. Luwuutara 25. Luwutimur 26. Torajautara 71. Makassar 72. Parepare 12. Soppeng 13. Wajo 14. Sidrap 15. Pinrang 16. Enrekang 17. Luwu 06. Gowa 07. Sinjai 08. Maros 09. Pangkep 10. Barru 11. Bone 1 01. Kep.Selayar 02. Bulukumba 03. Bantaeng 04. Jeneponto 05. Takalar Kabupaten/Kota Regency/City 2007 2011 Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 62 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PEMBANGUNAN MANUSIA Merupakan Model PEMBANGUNAN Yang Menurut United Nations Development Programme UNDP Ditujukan Untuk Memperluas Pilihan-Pilihan Yang Dapat Ditumbuhkan Melalui Upaya Pemberdayaan Penduduk. Walaupun Pada Dasarnya, Pilihan Tersebut Tidak Terbatas Dan Terus Berubah, Tetapi Dalam Konteks PEMBANGUNAN, Pemberdayaan Penduduk Ini Dicapai Melalui Upaya Yang Menitik Beratkan Pada Peningkatan Kemampuan Dasar MANUSIA Yaitu Meningkatnya Derajat Kesehatan, Pengetahuan, Dan Keterampilan Agar Dapat Digunakan Untuk Mempertinggi Partisipasi Dalam Kegiatan Ekonomi Produktif, Sosial Budaya, Dan Politik. Menurut Konsep PEMBANGUNAN MANUSIA, Pendapatan Merupakan Sesuatu Yang Penting, Tetapi Bukan Merupakan Satu-Satunya Tujuan. Pendapatan Hanya Salah Satu Aspek Dalam PEMBANGUNAN. Karena Pada Hakekatnya PEMBANGUNAN Bukan Sekedar Pendapatan Dan Kekayaan, Tetapi Lebih Berfokus Pada MANUSIA Itu Sendiri. Sebagai Contoh Misalnya, Pendapatan Yang Dibelanjakan Untuk Narkoba, Justru Memperlambat PEMBANGUNAN. Penelitian Menunjukkan Bahwa Negara-Negara Dengan Pendapatan Pada Tingkat Rata-Rata, Banyak Yang Berhasil Dalam PEMBANGUNAN MANUSIAnya Dan Negara Yang Memiliki Pendapatan Tinggi, Gagal Dalam PEMBANGUNAN MANUSIAnnya. Untuk Mengukur Dan Memantau Tingkat Perkembangan PEMBANGUNAN MANUSIA, Mencakup Banyak Variabel Yang Secara Konprehensif BAB IV Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 63 Mempengaruhinya, Tetapi Kenyataan Di Lapangan Menunjukkan Bahwa Susah Menemukan Ukuran-Ukuran Statistik Yang Sebanding, Relevan Dan Lengkap. Penghitungan IPM Yang Melibatkan Banyak Variabel Juga Akan Membingungkan Dan Justru Mengkaburkan Pola/Trend Dari Tingkat PEMBANGUNAN Itu Sendiri. Berdasarkan Pertimbangan Itulah, Maka IPM Dihitung Berdasarkan Tiga Aspek, Yaitu Aspek Kesehatan Melalui Angka Harapan Hidup Aspek Pendidikan Yang Terdiri Dari Persentase Melek Huruf Dan Rata-Rata Lama Bersekolah Dan Aspek Pendapatan Yang Dihitung Dari Pengeluaran Per Kapita. Berdasarkan Kriteria UNDP Nilai IPM Kurang Dari 50 Digolongkan Sedang, Antara 51 Hingga 79 Digolongkan Menengah, Dan Di Atas 79 Digolongkan Tinggi. Disadari Bahwa, Penggunaan INDEKS Tersebut Hanya Memberikan Gambaran Perbandingan Antara Wilayah Serta Perkembangannya. Akan Tetapi, Dapat Juga Digunakan Sebagai Petunjuk Tentang Sasaran Sektoral Bagi Perumus Kebijakan Dan Pengambilan Keputusan, Karena Diukur Dengan Indikator Tunggal Dari Aspek Kemampuan Dasar MANUSIA Tersebut. 4.1. Posisi PEMBANGUNAN MANUSIA PEMBANGUNAN MANUSIA Merupakan Paradigma PEMBANGUNAN Yang Bertujuan Untuk Memperluas Peluang Supaya Penduduk Dapat Hidup Lebih Baik. Tujuan Tersebut Akan Tercapai Jika Setiap Penduduk Memperoleh Kesempatan Yang Seluas-Luasnya Untuk Dapat Meningkatkan Kemampuan Dasarnya. Upaya Peningkatan Tersebut, Dapat Terefleksi Dari Nilai IPM-Nya. Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 64 Dari Hasil Perhitungan Pada Tahun 2011 IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Sebesar 72,14 Dan Secara Nasional Berada Pada Peringkat 19. Selama Periode 2007 Hingga 2011, Nilai IPM SULAWESI SELATAN Meningkat Sekitar 2,52 Poin, Dengan Reduction Shortfall Sebesar 2,52 Persen Selama Kurun Waktu Lima Tahun. Jika Dibandingkan Dengan PROVINSI Lain Di Indonesia Maka Peningkatan Nilai IPM Dalam Kurun Waktu 5 Tahun Terakhir Merupakan Peningkatan Tertinggi Demikian Pula Halnya Dengan Reduction Shortfall, Yang Memperlihatkan Bahwa Peningkatan IPM SULAWESI SELATAN Merupakan Yang Tercepat Ketiga Setelah PROVINSI Kalimantan Timur Dan D.I.Yogyakarta. Grafik 4.1. Menunjukkan Bahwa Selama Periode 2007 Hingga 2011 Angkan IPM SULAWESI SELATAN Masih Dibawah IPM Nasional 72,77. Apabila Ditelusuri Lebih Lanjut Angka IPM SULAWESI SELATAN Yang Relatif Lebih Rendah Dibandingkan Dengan Angka Nasional, Ternyata Dari Tiga Grafik 4.1 Perbandingan IPM SULAWESI SELATAN Dengan Nasional Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 65 Komponen Tersebut INDEKS Pendidikan Yang Menjadi Penyebabnya. Lebih Jauh Lagi Bahwa Angka Melek Huruf Dan Rata-Rata Lama Sekolah Yang Membentuk INDEKS Pendidikan Tersebut Juga Berada Di Bawah Posisi Angka Nasional. Sedangkan INDEKS Lainnya Mempunyai Posisi Di Atas Angka Nasional, Keadaan Tersebut Terlihat Tidak Berubah Dengan Keadaan Tahun-Tahun Sebelumnya. Angka IPM Tahun 2011 Menurut Kabupaten/Kota Se SULAWESI SELATAN Memperlihatkan Adanya Variasi Yang Relatif Besar Yaitu Dari 65,27 Jeneponto Hingga 79,11 Makassar. Penyebab Terjadinya Variasi Angka Tersebut Dikarenakan Oleh Adanya Perbedaan Kebijakan Terhadap Bidang Pendidikan, Kesehatan Dan Pendapatan/Daya Beli Dari Masing- Masing Daerah. Grafik 4.2 Perbandingan IPM Kabupaten/Kota Di SULAWESI SELATAN, Tahun 2007 Dan 2011 Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 66 Dalam Kurun Waktu Lima Tahun Antara Tahun 2007 Sampai Dengan 2011, Kabupaten Yang Menunjukkan Kinerja Terbaik Adalah Kabupaten Wajo Dan Bulukumba. Kabupaten Wajo Mampu Menaikkan Nilai IPM- Nya Sebesar 2,99 Poin Dari 68,05 Pada Tahun 2007 Menjadi 71,03 Pada 2011 Atau Dengan Reduksi Shortfall Sebesar 2,73. Hal Ini Menyebabkan Kabupaten Wajo Mampu Menaikkan Rangkingnya Dari Peringkat 19 Menjadi 16. IPM Bulukumba Naik Sebesar 2,48 Poin Dengan Reduksi Shortfall Sebesar 1,97. Kabupaten Jeneponto Dalam Kurun Waktu 2007-2011 Memiliki Reduksi Shortfall Paling Rendah, Hanya Sebesar 1,01 Dan Nilai IPM-Nya Hanya Naik Sebesar 1,85 Poin. Selanjutnya, Kabupaten-Kabupaten Yang Memiliki Reduksi Shortfall Lebih Tinggi Dibanding Jeneponto, Tetapi Percepatan Peningkatan Nilai IPM-Nya Tergolong Lambat Dibandingkan Kabupaten-Kabupaten Lainnya Di PROVINSI SULAWESI SELATAN Adalah Sinjai, Pangkep, Bone Dan Luwu Timur. Kabupaten-Kabupaten Tersebut Dalam Kurun Waktu 2007-2011 Peringkatnya Turun Sebesar 1 Poin. Kebijakan Daerah Tergambar Pada Hasil Keluaran Masih Relatif Rendahnya Alokasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah, Sarana Dan Prasarana, Rendahnya Penyebaran Tenaga Terdidik Di Bidang Kesehatan/Pendidikan Serta Rendahnya Pendapatan Per Kapita Penduduk. Untuk Melihat Unsur-Unsur Yang Terkait Dalam INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, Seperti Telah Disebutkan Sebelumnya Yaitu Kesehatan, Pendidikan Dan Paritas Daya Beli. Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 67 Tentunya, Unsur Tersebut Tidak Berjalan Secara Serentak, Jadi Ada Unsur Yang Sudah Berada Pada Posisi Yang Baik Dan Ada Juga Unsur Yang Harus Mendapat Perhatian Oleh Pemerintah. Secara Relatif Dikatakan Posisi Yang Baik Apabila Nilainya Berada Di Atas Nilan Nasional. Untuk Jelasnya Berikut Akan Diuraikan Masing-Masing Unsur Tersebut. Grafik 4.3 Reduksi Shortfall IPM Kabupaten/Kota Di SULAWESI SELATAN, Tahun 2007-2011 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 04. Jeneponto 25. Luwu Timur 14. Sidrap 26. Toraja Utara 16. Enrekang 73. Palopo 07. Sinjai 05. Takalar 12. Soppeng 09. Pangkep 01. Selayar 18. Tator 17. Luwu 10. Barru 72. Pare-Pare 03. Bantaeng 11. Bone 06. Gowa 22. Luwu Utara 71. Makassar 02. Bulukumba 08. Maros 15. Pinrang 13. Wajo 1,42 1,47 Shortfall 2007-2011 Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 68 4.2. INDEKS Kesehatan INDEKS Kesehatan Ini Diperoleh Dari Angka Harapan Hidup Seseorang Sejak Dilahirkan. Angka Harapan Hidup Ini Sering Digunakan Sebagai Proxy Terhadap Keadaan Dan Sistem Pelayanan Kesehatan Suatu Masyarakat Secara Makro. Hal Itu Dapat Dipandang Sebagai Suatu Bentuk Akhir Dari Upaya Peningkatan Taraf Kesehatan Secara Makro. Angka Harapan Hidup PROVINSI SULAWESI SELATAN Selama Kurun Waktu 2007 Hingga 2011 Semakin Meningkat. Pada Tahun 2007 Tercatat Sebesar 69,4 Tahun Dan Meningkat Menjadi 70,20 Tahun Pada 2011. Angka Harapan Hidup PROVINSI SULAWESI SELATAN Pada Tahun 2011 Berada Di Atas Angka Nasional 69,65 Tahun. Membaiknya Keadaan Dan Sistem Pelayanan Kesehatan Di PROVINSI SULAWESI SELATAN Diwujudkan Melalui Program Kesehatan Gratis Yang Mulai Dilaksanakan Pada 1 Juli 2008. Pada Tahun 2008, Anggaran Kesehatan Gratis Ditanggung 100 Oleh Pemerintah PROVINSI Sebesar Rp 81,7 Miliar. Kemudian Tahun Berikutnya Selain Pemerintah PROVINSI, Pemerintah Kabupaten/Kota Juga Sudah Menganggarkan. Pemerintah PROVINSI Menanggung Rp 93,5 Miliar, Sedangkan Pemerintah Kabupaten/Kota Rp 45,6 Miliar. Tahun 2010, Pemerintah PROVINSI Menganggarkan Rp 103,3 Miliar, Sedangkan Pemerintah Kabupaten/Kota Sebesar Rp 63,9 Miliar. Menurut Data Yang Dipublikasikan Oleh Situs Resmi Pemerintah PROVINSI SULAWESI SELATAN, Angka Kunjungan Masyarakat Sebagai Pengguna Pelayanan Kesehatan Gratis Di SULAWESI SELATAN Meningkat Signifikan. Tahun 2010, Kunjungan Masyarakat Mencapai 6.407.554 Jiwa. Angka Ini Meningkat Tajam Dibanding Tahun 2007 Yang Hanya Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 69 2.336.875 Jiwa Atau Naik Sekitar 175 Persen. Peningkatan Tersebut Menunjukkan Kesadaran Masyarakat Untuk Berobat Ke Puskesmas Dan Rumah Sakit Semakin Baik. Mereka Telah Menjadikan Puskesmas Dan Rumah Sakit Sebagai Tempat Untuk Memeriksa Kesehatan. Selama Kurun Waktu 2007-2011, INDEKS Kesehatan Pada Tingkat Nasional Mempunyai Kecenderungan Peningkatan Yang Relatif Sama Apabila Dibandingkan Dengan Angka INDEKS Kesehatan SULAWESI SELATAN. Sebagai Ilustrasi, SULAWESI SELATAN Mengalami Peningkatan 1,33 Poin Sedangkan Pada Tingkat Nasional Meningkat Sebesar 1,39 Poin Dalam Kurun Waktu Yang Sama. Sedangkan Disparitas INDEKS Kesehatan 2011 Menurut Kabupaten/Kota, Kabupaten Enrekang 83,65 Merupakan Grafik 4.4 Perbandingan INDEKS Kesehatan SULAWESI SELATAN Dengan Nasional, 2007-2011 Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 70 Grafik 4.5 INDEKS Kesehatan SULAWESI SELATAN Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2008 Dan 2011 Kabupaten Yang Mempunyai Nilai INDEKS Kesehatan Yang Paling Tinggi Dan Yang Terendah Adalah Kabupaten Jeneponto 66,92. Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 71 4.3. INDEKS Pendidikan Seperti Telah Diuraikan Sebelum Ini Bahwa INDEKS Pendidikan Terdiri Dari Dua Unsur Yaitu Angka Melek Huruf Dan Rata-Rata Lama Bersekolah Penduduk Yang Berumur 15 Tahun Ke Atas. Angka INDEKS Pendidikan PROVINSI SULAWESI SELATAN Dibandingkan Dengan Angka Nasional Masih Relatif Lebih Rendah. Dimana Pada Level Nasional Angka Tersebut Telah Mecapai 79,64 Sedangkan SULAWESI SELATAN Sebesar 76,31 Pada Tahun 2011. Nilai INDEKS Pendidikan PROVINSI SULAWESI SELATAN Selama Kurun Waktu 2007 Hingga 2011 Memperlihatkan Suatu Gambaran Yang Sangat Memprihatinkan. Karena Posisi Bidang Pendidikan Masih Berada Di Level Bawah, Hal Itu Dilihat Berdasarkan PROVINSI Yang Berada Di Kawasan Timur Juga Secara Nasional. Pemerintah Telah Merespon Baik Akan Hal Ini Dan Terlihat Sejak Tahun 2007 Sampai Dengan Tahun 2011 Nilai INDEKS Meningkat Sebesar 2,75 Poin Sedangkan Nasional Hanya Meningkat Sebesar 1,79 Poin. Angka Ini Memberi Gambaran Bahwa Ada Keseriusan Dari Pemerintah Untuk Menaikkan INDEKS Pendidikan. Tanggapan Positif Dari Pemerintah Daerah Mulai Pada Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah PROVINSI 2009 Telah Membuat Kebijakan Pendidikan Dan Kesehatan Gratis Bagi Penduduk Usia Belajar 9 Tahun. Kebijakan Ini Dimulai Di Enam Kabupaten/Kota Yang Sudah Menerapkan Pendidikan Gratis Tahun 2009, Yakni Kabupaten Gowa, Sinjai, Pangkep, Luwu Timur, Luwu Utara, Dan Kota Pare Pare. Pemerintah Daerah Menyiapkan Anggaran Hingga Ratusan Miliar Per Tahun Untuk Menyukseskan Pendidikan Gratis. Dan Undang-Undang Tentang Sistem Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 72 Pendidikan Nasional Telah Mengalokasikan 20 Persen Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah APBD Untuk Sektor Pendidikan. Program Ini Juga Didukung Dengan Adanya Perda Penyelenggaraan Pendidikan Gratis Di SULAWESI SELATAN Yang Akan Memberikan Sanksi Bagi Orang Tua Yang Tidak Menyekolahkan Anaknya. Perda Juga Mengatur 14 Item Yang Akan Digratiskan Pada Pendidikan Dasar Dan Menengah Di Sulsel. Itu Di Luar Dana Bantuan Operasional Sekolah. Bahkan Siswa Tidak Mampu Dalam Jenjang Pendidikan Gratis, Akan Mendapatkan Bantuan Beasiswa Miskin Setiap Tahun, Antara Lain Rp. 750 Ribu Untuk SMU, Rp. 500 Ribu Untuk SMP, Dan Rp. 350 Ribu Untuk SD. Grafik 4.6 INDEKS Pendidikan SULAWESI SELATAN Dengan Nasional, 2009-2011 Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 73 A. Rata-Rata Lama Bersekolah Rata-Rata Lama Bersekolah Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas PROVINSI SULAWESI SELATAN Pada Tahun 2011 Sebesar 7,92 Tahun, Artinya Bahwa Rata-Rata Penduduk Tersebut Sedang Duduk Di Kelas 2 Pada Jenjang Pendidikan Sekolah Menengah Pertama SMP/ Sederajat. Apabila Dibandingkan Dengan Tingkat Nasional Angka Tersebut Tidak Terpaut Jauh, Walaupun Masih Berada Dibawah Angka Nasional 7,94 Tahun. Namun Suatu Hal Menggembirakan Bahwa Angka Rata-Rata Lama Bersekolah Penduduk SULAWESI SELATAN Terus Mengalami Peningkatan,Walaupun Tidak Terlalu Tinggi. Dimana Pada Tahun 2007 Angka Tersebut Masih Sebesar 7,2 Tahun. Daerah Yang Mempunyai Rata-Rata Lama Bersekolah Paling Tinggi Adalah Kota Makassar. Sedangkan Daerah Yang Mempunyai Angka Terendah Adalah Kabupaten Bantaeng Tahun 2006, Keadaan Ini Tidak Berubah Sampai Tahun 2011. Faktor Yang Berkaitan Dengan Angka Tersebut Disebabkan Oleh Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan Dan Juga Putus Sekolah. B. Angka Melek Huruf Angka Melek Huruf Merupakan Kebalikan Dari Angka Buta Huruf. Angka Ini Menggambarkan Besarnya Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Dapat Membaca Dan Menulis Dengan Huruf Latin/Arab/Lokal. Di SULAWESI SELATAN Pada Tahun 2007, Mereka Yang Melek Huruf Sebesar 86,2 Persen Dan Meningkat Menjadi 88,07 Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 74 Persen Pada Tahun 2011. Apabila Angka Tersebut Dibandingkan Dengan Tingkat Nasional Maka Terlihat Angka Melek Huruf SULAWESI SELATAN Relatif Lebih Rendah. Angka Melek Huruf Menurut Kabupaten/Kota, Daerah Yang Mempunyai Persentase Paling Tinggi Angka Melek Hurufnya Adalah Kota Palopo, Pare-Pare Dan Kemudian Makassar, Sedangkan Yang Terendah Adalah Jeneponto Dan Bantaeng. Upaya Untuk Meningkatkan Sumber Daya MANUSIA Di PROVINSI SULAWESI SELATAN Perlu Lebih Memperhatikan 5 Lima Kabupaten Yang Angka Melek Hurufnya Tergolong Rendah Yaitu Kabupaten Jeneponto, Bantaeng, Takalar, Gowa Dan Maros. Dari Semua Upaya Yang Telah Dilakukan, Mulai Dari Alokasi 20 Anggaran APBD Untuk Sektor Pendidikan Program Pendidikan Gratis Perda Yang Mengatur Tentang Pendidikan Gratis Menjadikan Pemberantasan Buta Aksara Sebagai Target Penting Dalam RPMJD Dan Kerjasama Program Edutainment Trans Studio Theme Park, Trans Studio Makassar Dalam Memajukan Perkembangan Pendidikan Nasional. Tetapi Harapan Pemerintah Bahwa Pada Tahun 2011 Sulsel Akan Menjadi PROVINSI Yang Bebas Buta Aksara Belum Terwujud. Terbukti Pada Tahun 2011 Angka Melek Huruf Sulsel Sebesar 88,07 Atau Hanya Naik Sebesar 0,32 Poin Dibandingkan Tahun 2010. Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 75 Grafik 4.7 INDEKS Pendidikan SULAWESI SELATAN Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2007 Dan 2011 Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 76 4.4. INDEKS Daya Beli Paritas Daya Beli SULAWESI SELATAN Selama Periode 2007 Hingga 2011 Mempunyai Kecenderungan Yang Terus Meningkat Yaitu Dari Rp.626.200,- Pada Tahun 2007 Meningkat Pada Tahun 2011 Menjadi Rp.640.300,- Per Kapita Per Tahun. Perbandingan Nilai Paritas Daya Beli Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 77 Tingkat Nasional Dengan SULAWESI SELATAN Terjadi Perpotongan Pada Tahun 2007. Dalam Grafik 4.6 Memperlihatkan Tren INDEKS Daya Beli Antara SULAWESI SELATAN Dan Nasional, Dimana Pada Tahun 2007 INDEKS Daya Beli SULAWESI SELATAN Telah Berada Di Atas Nasional. INDEKS Daya Beli SULAWESI SELATAN Menurut Kabupaten/ Kota Nampak Bahwa Luwu Utara Dan Makassar Mempunyai Nilai Tertinggi, Sedangkan Yang Terendah Adalah Sinjai Dan Toraja Utara. Sebenarnya Variasi Nilai Tersebut Relatif Cukup Baik, Yang Menjadi Perhatian Adalah Relatif Masih Rendahnya Angka INDEKS Paritas Daya Beli Ini Apabila Dibandingkan Dengan Angka INDEKS Kesehatan Dan Pendidikan. Seperti Diketahui Bahwa Relatif Masih Rendahnya Paritas Daya Beli Bukan Saja Terjadi Di SULAWESI SELATAN Akan Tetapi Secara Nasional. Grafik 4.8 Perbandingan Daya Beli SULAWESI SELATAN Dan Nasional, 2007-2011 618.329 625.230 635.480 636.598 640.298 621.259 624.374 631.500 633.600 638.046 2006 2007 2008 2009 2010 2011 SULAWESI SELATAN Nasional Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 78 Grafik 4.9. INDEKS Daya Beli SULAWESI SELATAN Menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2007 Dan 2011 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 19. Luwu Utara 22. Makassar 23. Pare-Pare 06. Gowa 08. Maros 12. Soppeng 11. Bone 13. Wajo 15. Pinrang 03. Bantaeng 24. Palopo 02. Bulukumba 10. Barru 05. Takalar 04. Jeneponto 17. Luwu 09. Pangkep 14. Sidrap 01. Kep. Selayar 20. Luwu Timur 16. Enrekang 18. Tator 07. Sinjai 21. Toraja Utara 2007 2011 Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 79 Tabel 4.1. IPM Menurut Kabupaten/ Kota Di SULAWESI SELATAN, Tahun 2007-2011 Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011 1 3 4 5 6 7 01. Kep. Selayar 67,7 68,2 68,9 69,34 70,00 02. Bulukumba 69,3 69,9 70,6 71,19 71,77 03. Bantaeng 68,3 68,9 69,4 70,10 70,66 04. Jeneponto 63,4 64,0 64,5 64,92 65,27 05. Takalar 66,9 67,5 68,0 68,62 69,09 06. Gowa 68,9 69,4 70,0 70,67 71,29 07. Sinjai 68,2 68,7 69,2 69,53 70,16 08. Maros 69,2 69,9 70,6 71,12 71,74 09. Pangkep 67,7 68,3 69,1 69,43 69,89 10. Barru 69,0 69,5 70,3 70,86 71,19 11. Bone 68,3 69,0 69,6 70,17 70,77 12. Soppeng 70,3 70,8 71,3 71,89 72,23 13. Wajo 68,0 68,7 69,4 70,22 71,04 14. Sidrap 71,2 71,7 72,1 72,37 72,74 15. Pinrang 71,4 71,9 72,6 73,21 73,80 16. Enrekang 73,3 73,8 74,2 74,55 74,84 17. Luwu 72,5 73,0 73,6 73,98 74,42 18. Tator 70,2 70,8 71,4 71,87 72,29 19. Luwu Utara 72,5 73,2 73,7 74,32 74,69 20. Luwu Timur 71,7 71,7 72,3 72,79 73,11 21. Toraja Utara 68,4 68,9 69,56 70,15 22. Makassar 77,3 77,9 78,2 78,79 79,11 23. Pare-Pare 76,5 77,0 77,5 77,78 78,19 24. Palopo 75,4 75,8 76,1 76,55 76,85 SULAWESI SELATAN 69,6 70,2 70,9 71,62 72,14 Nasional 70,6 71,2 71,8 72,27 72,77 Sumber BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN Kabupaten Toraja Utara Belum Terbentuk Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 80 Tabel 4.2. INDEKS Kesehatan Menurut Kabupaten/ Kota Di SULAWESI SELATAN, Tahun 2007-2011 Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011 1 3 4 5 6 7 01. Kep. Selayar 70,6 70,8 71,24 71,24 71,47 02. Bulukumba 76,7 77,2 78,31 78,23 78,55 03. Bantaeng 79,0 79,4 80,89 81,00 81,60 04. Jeneponto 65,9 66,2 66,67 66,67 66,92 05. Takalar 72,3 72,8 74,20 74,20 74,82 06. Gowa 76,8 77,1 77,68 77,68 77,97 07. Sinjai 76,8 77,1 78,23 78,31 78,73 08. Maros 76,3 76,9 78,43 78,83 79,60 09. Pangkep 72,1 72,4 73,09 72,98 73,27 10. Barru 71,5 72,0 72,98 73,09 73,42 11. Bone 72,7 73,3 74,55 74,55 75,00 12. Soppeng 77,2 77,4 77,72 77,72 77,90 13. Wajo 74,2 74,8 76,57 76,57 77,28 14. Sidrap 77,4 77,7 79,11 79,17 79,68 15. Pinrang 77,1 77,3 78,83 78,43 78,80 16. Enrekang 82,1 82,2 83,31 83,31 83,65 17. Luwu 79,3 79,7 81,00 81,17 81,73 18. Tator 81,8 81,7 82,11 81,95 82,03 19. Luwu Utara 76,5 76,9 77,60 77,60 77,80 20. Luwu Timur 76,0 76,2 76,58 76,58 76,77 21. Toraja Utara 80,7 81,17 80,89 80,97 22. Makassar 79,6 79,8 80,98 80,98 81,37 23. Pare-Pare 80,9 80,9 81,95 82,11 82,48 24. Palopo 78,4 78,4 79,17 79,11 79,32 SULAWESI SELATAN 74,0 74,3 75,00 75,00 75,33 Nasional 72,8 73,3 73,68 74,05 74,42 Sumber BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN Kabupaten Toraja Utara Belum Terbentuk Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 81 Tabel 4.3. Angka Harapan Hidup Tahun Menurut Kabupaten/Kota Di SULAWESI SELATAN, Periode 2007-2011 Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011 1 2 3 4 5 6 01. Kep. Selayar 67,3 67,5 67,6 67,7 67,88 02. Bulukumba 71,0 71,3 71,6 71,9 72,13 03. Bantaeng 72,4 72,6 73,1 73,6 73,96 04. Jeneponto 64,6 64,7 64,9 65,0 65,15 05. Takalar 68,4 68,7 69,2 69,5 69,89 06. Gowa 71,1 71,3 71,4 71,6 71,78 07. Sinjai 71,1 71,2 71,6 72,0 72,24 08. Maros 70,8 71,1 71,7 72,3 72,76 09. Pangkep 68,3 68,4 68,6 68,8 68,96 10. Barru 67,9 68,2 68,5 68,9 69,05 11. Bone 68,6 69,0 69,4 69,7 70,00 12. Soppeng 71,3 71,4 71,5 71,6 71,74 13. Wajo 69,5 69,9 70,4 70,9 71,37 14. Sidrap 71,4 71,6 72,1 72,5 72,81 15. Pinrang 71,2 71,4 71,7 72,1 72,28 16. Enrekang 74,3 74,3 74,7 75,0 75,19 17. Luwu 72,6 72,8 73,3 73,7 74,04 18. Tator 74,1 74,0 74,1 74,2 74,22 19. Luwu Utara 70,9 71,1 71,3 71,6 71,68 20. Luwu Timur 70,6 70,7 70,8 70,9 71,06 21. Toraja Utara 73,4 73,5 73,5 73,58 22. Makassar 72,8 72,9 73,2 73,6 73,82 23. Pare-Pare 73,6 73,6 73,9 74,3 74,49 24. Palopo 72,0 72,0 72,3 72,5 72,59 SULAWESI SELATAN 69,4 69,6 69,8 70,0 70,20 Nasional 68,7 69,0 69,2 69,4 69,65 Sumber BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN Kabupaten Toraja Utara Belum Terbentuk Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 82 Tabel 4.4. INDEKS Pendidikan Menurut Kabupaten/ Kota Di SULAWESI SELATAN, Periode 2007-2011 Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011 1 3 4 5 6 7 01. Kep. Selayar 74,0 74,0 74,49 74,92 76,29 02. Bulukumba 71,1 71,1 71,76 72,38 72,77 03. Bantaeng 63,9 63,9 64,71 65,92 66,24 04. Jeneponto 63,5 64,0 64,54 65,29 65,38 05. Takalar 67,2 67,2 67,68 68,80 68,93 06. Gowa 67,3 67,3 68,12 69,80 70,96 07. Sinjai 72,3 72,3 72,55 72,62 73,44 08. Maros 69,4 69,6 69,72 70,02 70,73 09. Pangkep 71,6 71,8 72,60 73,31 73,81 10. Barru 74,4 74,4 75,40 76,40 76,44 11. Bone 70,3 70,3 70,74 71,46 72,53 12. Soppeng 71,6 71,6 72,24 73,90 73,99 13. Wajo 67,3 67,5 68,60 69,51 71,11 14. Sidrap 75,7 75,7 75,80 75,85 76,00 15. Pinrang 74,7 74,7 75,86 76,84 77,92 16. Enrekang 77,9 77,9 78,62 78,74 78,82 17. Luwu 78,1 78,1 78,12 78,20 78,42 18. Tator 72,4 73,2 73,55 74,62 75,72 19. Luwu Utara 76,9 76,9 77,01 78,15 78,54 20. Luwu Timur 78,7 78,7 79,38 80,32 80,37 21. Toraja Utara 70,4 70,98 71,90 72,93 22. Makassar 87,7 87,7 88,00 88,56 88,66 23. Pare-Pare 85,1 85,3 86,10 86,17 86,46 24. Palopo 86,3 86,3 86,49 87,17 87,20 SULAWESI SELATAN 73,6 73,8 74,48 75,92 76,31 Nasional 77,8 78,2 78,88 79,53 79,64 Sumber BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN Kabupaten Toraja Utara Belum Terbentuk Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 83 Tabel 4.5. Angka Melek Huruf Menurut Kabupaten/ Kota Di SULAWESI SELATAN, Periode 2007-2011 Persentasi Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011 1 3 4 5 6 7 01. Kep. Selayar 89,0 89,0 89,2 89,23 90,86 02. Bulukumba 85,2 85,2 85,4 85,35 85,45 03. Bantaeng 76,6 76,6 77,5 78,98 79,03 04. Jeneponto 75,7 76,5 77,2 77,27 77,31 05. Takalar 80,1 80,1 80,8 81,80 81,85 06. Gowa 79,8 79,8 80,3 81,92 82,32 07. Sinjai 86,4 86,4 86,5 86,45 86,59 08. Maros 82,6 82,9 82,9 82,97 83,10 09. Pangkep 85,6 85,9 86,9 87,55 87,59 10. Barru 87,7 87,7 88,5 89,23 89,25 11. Bone 84,8 84,8 84,9 84,86 86,41 12. Soppeng 84,6 84,6 85,1 86,67 86,71 13. Wajo 81,7 82,0 82,7 83,53 84,97 14. Sidrap 89,5 89,5 89,6 89,63 89,77 15. Pinrang 89,1 89,1 89,7 89,90 91,48 16. Enrekang 89,8 89,8 90,4 90,44 90,49 17. Luwu 91,5 91,5 91,5 91,48 91,63 18. Tator 83,8 85,0 85,5 86,28 87,76 19. Luwu Utara 92,0 92,0 92,1 92,36 92,86 20. Luwu Timur 93,1 93,1 93,2 93,24 93,28 21. Toraja Utara 82,3 83,0 83,80 83,83 22. Makassar 96,6 96,6 96,7 96,79 96,82 23. Pare-Pare 96,2 96,5 97,1 97,16 97,17 24. Palopo 97,3 97,3 97,3 97,33 97,34 SULAWESI SELATAN 86,2 86,5 87,0 87,75 88,07 Nasional 91,9 92,2 92,6 92,91 92,99 Sumber BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN Kabupaten Toraja Utara Belum Terbentuk Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 84 Tabel 4.6. Rata-Rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/ Kota Di SULAWESI SELATAN, Periode 2007-2011 Tahun Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011 1 2 3 4 5 6 01. Kep. Selayar 6,6 6,6 6,8 6,9 7,07 02. Bulukumba 6,5 6,4 6,7 7,0 7,11 03. Bantaeng 5,8 5,8 5,9 6,0 6,10 04. Jeneponto 5,9 5,9 5,9 6,2 6,23 05. Takalar 6,2 6,2 6,2 6,4 6,46 06. Gowa 6,4 6,4 6,6 6,8 7,23 07. Sinjai 6,6 6,6 6,7 6,7 7,07 08. Maros 6,5 6,5 6,5 6,6 6,90 09. Pangkep 6,5 6,5 6,6 6,7 6,94 10. Barru 7,2 7,2 7,4 7,6 7,62 11. Bone 6,2 6,2 6,4 6,7 6,72 12. Soppeng 6,9 6,8 7,0 7,3 7,28 13. Wajo 5,8 5,8 6,1 6,2 6,51 14. Sidrap 7,2 7,2 7,2 7,2 7,27 15. Pinrang 6,9 6,9 7,2 7,6 7,62 16. Enrekang 8,1 8,1 8,3 8,3 8,32 17. Luwu 7,7 7,7 7,7 7,7 7,80 18. Tator 7,4 7,4 7,5 7,7 7,74 19. Luwu Utara 7,0 7,0 7,0 7,5 7,49 20. Luwu Timur 7,5 7,5 7,8 8,2 8,18 21. Toraja Utara 7,0 7,0 7,2 7,67 22. Makassar 10,5 10,5 10,6 10,8 10,85 23. Pare-Pare 9,5 9,5 9,6 9,6 9,76 24. Palopo 9,7 9,7 9,7 10,0 10,04 SULAWESI SELATAN 7,2 7,2 7,4 7,8 7,92 Nasional 7,5 7,5 7,7 7,9 7,94 Sumber BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN Kabupaten Toraja Utara Belum Terbentuk Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 85 Tabel 4.7. INDEKS Daya Beli Menurut Kabupaten/ Kota Di SULAWESI SELATAN, Periode 2007-2011 Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011 1 3 4 5 6 7 01. Kep. Selayar 58,6 59,9 61,1 61,86 62,24 02. Bulukumba 60,0 61,3 62,2 62,96 64,00 03. Bantaeng 62,1 63,3 63,3 63,37 64,14 04. Jeneponto 60,8 61,9 62,6 62,80 63,52 05. Takalar 61,4 62,5 62,8 62,86 63,52 06. Gowa 62,5 63,7 64,5 64,53 64,94 07. Sinjai 55,6 56,8 57,4 57,66 58,32 08. Maros 61,9 63,0 64,1 64,50 64,88 09. Pangkep 59,5 60,7 61,9 61,99 62,58 10. Barru 61,0 62,2 62,9 63,08 63,72 11. Bone 62,0 63,3 64,2 64,51 64,78 12. Soppeng 62,0 63,3 64,0 64,05 64,81 13. Wajo 62,6 63,8 64,1 64,59 64,73 14. Sidrap 60,5 61,8 61,9 62,07 62,54 15. Pinrang 62,5 63,7 64,1 64,36 64,67 16. Enrekang 60,0 61,1 61,2 61,62 62,06 17. Luwu 60,0 61,1 62,2 62,56 63,11 18. Tator 56,4 57,6 58,7 59,03 59,12 19. Luwu Utara 64,2 65,7 66,7 67,21 67,73 20. Luwu Timur 60,3 60,3 61,1 61,48 62,20 21. Toraja Utara 54,0 55,0 55,90 56,55 22. Makassar 64,7 66,2 66,3 66,81 67,31 23. Pare-Pare 63,3 64,6 64,7 65,06 65,64 24. Palopo 61,4 62,7 63,1 63,36 64,04 SULAWESI SELATAN 61,3 62,6 63,7 63,92 64,78 Nasional 61,1 62,0 62,7 63,24 64,26 Sumber BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN Kabupaten Toraja Utara Belum Terbentuk Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 4 IPM Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 86 Tabel 4.8. Paritas Daya Beli Menurut Kabupaten/ Kota Di SULAWESI SELATAN, Periode 2007-2011 Dalam Ribuan Rp. Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011 1 2 3 4 5 6 01. Kep. Selayar 610,8 613,7 619,0 627,7 629,31 02. Bulukumba 618,7 619,6 625,2 632,4 636,96 03. Bantaeng 624,4 628,6 633,8 634,2 637,55 04. Jeneponto 621,0 623,3 628,0 631,7 634,85 05. Takalar 619,6 625,5 630,4 632,0 634,87 06. Gowa 622,2 630,4 635,7 639,2 641,00 07. Sinjai 594,7 600,6 605,9 609,5 612,34 08. Maros 624,5 627,9 632,6 639,1 640,74 09. Pangkep 617,5 617,5 622,8 628,3 630,79 10. Barru 621,5 624,0 629,2 633,0 635,74 11. Bone 624,6 628,5 633,9 639,2 640,31 12. Soppeng 622,8 628,3 633,9 637,2 640,46 13. Wajo 624,3 630,7 636,3 639,5 640,11 14. Sidrap 619,2 621,7 627,4 628,6 630,64 15. Pinrang 622,8 630,6 635,8 638,5 639,83 16. Enrekang 617,8 619,4 624,5 626,6 628,53 17. Luwu 619,6 619,8 624,5 630,7 633,08 18. Tator 597,9 604,1 609,2 615,0 615,84 19. Luwu Utara 634,9 637,9 644,1 650,9 653,06 20. Luwu Timur 612,8 621,0 621,0 626,0 629,17 21. Toraja Utara 593,9 601,9 604,71 22. Makassar 638,9 639,8 646,4 649,1 651,28 23. Pare-Pare 631,0 634,1 639,7 641,5 644,04 24. Palopo 621,4 625,8 631,2 634,2 637,12 SULAWESI SELATAN 625,2 630,8 635,5 636,6 640,30 Nasional 624,4 628,3 631,5 633,6 638,05 Sumber BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN Kabupaten Toraja Utara Belum Terbentuk Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 5 Kesimpulan Dan Saran Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 87 KESIMPULAN Dan SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Pertumbuhan Penduduk SULAWESI SELATAN Selama Periode 2007 Hingga 2011 Rata-Rata Tumbuh Sebesar 1,35 Persen Per Tahun, Selain Masih Relatif Tinggi Angka Tersebut Juga Penyebaran Penduduk Belum Merata. 2. Dalam Periode 2007-2011, PDRB Per Kapita PROVINSI SULAWESI SELATAN Meningkat Dari Hampir 9 Juta Rupiah Menjadi Hamper 17 Juta Rupiah. 3. Dari Hasil Perhitungan Pada Tahun 2007 IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Sebesar 69,62 Dan Menjadi 71,98 Pada Tahun 2011 Yang Secara Nasional Meningkat Dari Peringkat 23 Menjadi Peringkat 19. A. Indek Kesehatan SULAWESI SELATAN Pada Tahun 2011 Sebesar 75,33 Dan Lebih Tinggi Dibanding Angka Nasional Yang Diduga Karena Pengaruh Program Kesehatan Gratis. Tetapi Masih Terdapat 7 Daerah Yang Angka INDEKSnya Masih Relatif Rendah Yaitu Kabupaten Jeneponto, Selayar, Barru, Takalar, Dan Pangkep. B. INDEKS Pendidikan PROVINSI SULAWESI SELATAN Pada Tahun 2010 Sebesar 75,92. Dan Apabila Dilihat Menurut Daerah Nampak Bahwa Kabupaten, Bantaeng, Jeneponto, Takalar, Gowa, Dan BAB V Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 5 Kesimpulan Dan Saran Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 88 Wajo Merupakan Daerah Yang Mempunyai Angka INDEKS Yang Relatif Rendah. C. INDEKS Daya Beli SULAWESI SELATAN Juga Berada Di Atas Angka Nasional, Walaupun Tidak Terpaut Jauh Seperti Halnya INDEKS Kesehatan. Namun Besarnya Angka INDEKS Ini Apabila Dibandingkan Dengan Kedua Angka INDEKS Yang Lain Merupakan Yang Terendah. 5.2. Saran-Saran 1. Pertumbuhan Penduduk Yang Cukup Tinggi, Pemerintah Daerah Perlu Melakukan Penggalangan Kembali Program Keluarga Berencana Dan Mengaktif Posyandu Di Berbagai Daerah. Tidak Meratanya Atau Timpangnya Kepadatan Penduduk Dikarenakan Belum Memadainya Sentra-Sentra Fasilitas Umum Dan Pusat Perekonomian, Untuk Itu Perlunya Penggerak Ekonomi Rakyat Yang Mandiri Di Setiap Daerah. 2. Upaya Peningkatan Pendapatan Per Kapita Penduduk Melalui PEMBANGUNAN Ekonomi Yang Berpihak Kepada Golongan Ekonomi Kecil Dan Menengah. Karena Hampir 80 Persen Penduduk Menggantungkan Hidupnya Dari Kegiatan Ekonomi Nonformal, Terutama Kegiatan Pertanian Tanaman Bahan Makanan. 3. Yang Terpenting Adalah Bahwa IPM Bukan Dan Tidak Akan Pernah Menjadi Suatu Ukuran Mutlak Bagi PEMBANGUNANn Yang Menyeluruh. IPM Merupakan Ukuran Parsial Dengan Indikator Tidak Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 5 Kesimpulan Dan Saran Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 89 Sempurna Yang Mencoba Memberikan Visi Yang Seluas-Luasnya Bagi Pemerintah Untuk Meningkatkan Kapabilitasnya. Sebagai Alternatif Bagi Pemerintah Adalah Bahwa Mereka Dapat Menyusun INDEKS Dengan Dimensi Yang Berbeda Dan Bervariasi Dengan Indikator Dan Penimbang Khusus. Jadi IPM Harus Dipandang Sebagai Titik Awal Tentang Apa Yang Disebut PEMBANGUNAN, Bukan Sebagai Titik Akhir PEMBANGUNAN. 4. Upaya Dalam Meningkatkan INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Melalui Penyusunan Program PEMBANGUNAN Dengan Skala Prioritas Baik Fisik Maupun Non Fisik. PEMBANGUNAN Ekonomi Berupa Sarana Jalan Pada Daerah Yang Jauh Dari Pusat Ekonomi/ Kota, Seperti Diketahui Bahwa Sarana Transportasi Merupakan Urat Nadi Perekonomian. PEMBANGUNAN Sarana Fasilitas Umum Lainnya Seperti PEMBANGUNAN/ Perbaikan Gedung Sekolah, Peningkatan Mutu Tenaga Pendidik, Dan Penyediaan Buku Pelajaran Sekolah. Hal Yang Tak Kalah Pentingnya Adalah Penanggulangan Buta Huruf/ Aksara Dan Putus Sekolah Bagi Mereka Yang Wajib Belajar Sembilan Tahun. Program Wajib Belajar Telah Dicanangkan Beberapa Tahun Lalu Akan Tetapi Tidak Maksimal, Mungkin Diperlukan Perangkat Hukum. Sehingga Apabila Terdapat Anak Yang Wajib Belajar Yang Tidak Bersekolah Maka Orang Tua/Wali Harus Bertangungjawab Secara Hukum. Prioritas Di Bidang Kesehatan, Pemerintah Daerah Seyogyanya Mempermudah Akses Pelayanan Kesehatan Melalui Program Obat Gratis, Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Gratis, Dan Sosialisasi Hidup Sehat Serta Lingkungan Bersih. Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 6 Daftar Pustaka Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 90 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik 2006, Ekonomi Regional PROVINSI SULAWESI SELATAN, BPS, Jakarta. Badan Pusat Statistik Dan Bappeda 2000, INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI SULAWESI SELATAN, BPS SULAWESI SELATAN, Makassar, Areso Makassar. Dan Bappeda 2007, Statistik Sosial PROVINSI SULAWESI SELATAN, BPS SULAWESI SELATAN, Makassar, Areso Makassar. ,Bappenas,UNDP 2001, Towards A New Concensus Democracy And Human Development In Indonesia, BPS, Jakarta. Badan Pusat Statistik PROVINSI SULAWESI SELATAN 2008, Produk Domestik Regional Bruto PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS SULAWESI SELATAN, Makassar, Areso Makassar.

Halaman 2
Lihat Detail

P//Www.Bps.Go.Id/Tabsub/View.Phptabel1daftar1idsuby Ek26notab2, Tabel INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Propinsi Dan Nasional 1996 2009, Didownload Pada 11 Agustus 2011.

Halaman 3
Lihat Detail

P//Www.Sulsel.Go.Id/

Halaman 4
Lihat Detail

P//Datinkessulsel.Wordpress.Com/ Samingun. 2008. Cara Menghitung INDEKS Pemabngunan MANUSIA. Makalah Dalam Pelatihan Teknis Pimpinan BPS Kabupaten/ Kota. Badan Pusat Statistik PROVINSI SULAWESI SELATAN. Makassar. Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Dalan Teori Dan Aplikasi. Jakarta. Bumi Aksara. UNDP Indonesia. 2007. Laporan Tahunan 2007. Jakarta. Juni 2008. Download Websitewww.Undp.Org/Www.Undp.Or.Id. BAB VI Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Bab 6 Daftar Pustaka Analisis IPM PROVINSI SULAWESI SELATAN Tahun 2011 91 UNDP 1990, Human Development Report 1990, UNDP, New York, Download Websitewww.Undp.Org/Www.Undp.Or.Id. UNDP 2011, Human Development Research Paper 2011/01, The HDI 2010 New Controversies Old Critiques, UNDP, New York, Download Websitewww.Undp.Org/Www.Undp.Or.Id. Ht Tp // Su Ls El .B Ps .G O. Id Po We Red By TC PD F W Ww .Tcp Df.O Rg