Merupakan fitur yang memungkinkan pengguna untuk mencari kata kunci di dalam dokumen Publikasi
BPS Kab. Kutai Timur
Lihat PublikasiMenampilkan 74 halaman dengan kata kunci "Analisis Pembangunan Manusia Berbasis Gender Kabupaten Kutai Timur 2021"
Ps //K Uti Mk Ab .Bp S.G O.I D Analisis Pembangunan Manusia Berbasis Gender Kabupaten Kutai Timur 2021 ISSN/ISBN - Nomor Publikasi 64040.2228 Katalog 2104028.6404 Ukuran Buku 21 Cm X 29,7 Cm Jumlah Halaman Xii 58 Halaman Naskah BPS Kabupaten Kutai Timur Penyunting BPS Kabupaten Kutai Timur Desain Kover Oleh BPS Kabupaten Kutai Timur Penerbit BPS Kabupaten Kutai Timur Pencetak BPS Kabupaten Kutai Timur Dilarang Mengumumkan, Mendistribusikan, Mengomunikasikan, Dan/Atau Menggandakan Sebagian Atau Seluruh Isi Buku Ini Untuk Tujuan Komersial Tanpa Izin Tertulis Dari Badan Pusat Statistik
Ps //K Uti Mk Ab .Bp S.G O.I D Tim Penyusun A Na Lis Is P Em Ba Ng Un An M An Us Ia B Er Ba Si S G En De R K Ab Up At En K Ut Ai T Im Ur 2 0 2 1 Analisis Pembangunan Manusia Berbasis Gender Kabupaten Kutai Timur 2021 Pengarah Akhmad Junaidi, S.E. , M.Si. Penanggung Jawab Rizka Maulina, S.ST, M.Si. Penyunting Tim Nerwilis Kutai Timur Penulis Pengolah Data Rizka Maulina, S.ST, M.Si Khusnul Chotimah, SST Layout Gambar Kulit Rizka Maulina, S.ST, M.Si Canva
Ps //K Uti Mk Ab .Bp S.G O.I D Dalam Penghitungan IDG, Terlebih Dahulu Dihitung Indeks Untuk Masing- Masing Komponen Berdasarkan Persentase Yang Ekuivalen Dengan Distribusi Penduduk Yang Merata. Penghitungan Sumbangan Pendapatan Untuk IDG Sama Dengan Penghitungan Untuk IPG. Selanjutnya Masing- Masing Indeks Komponen Dibagi 50. Nilai 50 Dianggap Sebagai Kontribusi Ideal Dari Masing-Masing Kelompok Gender Untuk Semua Komponen IDG. Indikator Dalam IDG Sebenarnya Masih Belum Mencakup Semua Ranah Kehidupan Secara Keseluruhan, Sepertipada Indikator Parlemen, Dianggap Hanya Relevan Bagi Negara Maju Klasen, 2006. Kemudian Pada Indikator Pengambilan Keputusan Hanya Dilihat Pada Aspek Ekonomi Semata, Padahal Ketimpangan Gender Lebih Banyak Terjadi Pada Aspek Non-Ekonomi Seperti Pengambilan Keputusan Dalam Rumah Tangga Pemilihan Menu Makanan, Pembelian Alat-Alat Rumah Tangga, Pemeliharaan Kesehatan Anggota Rumah Tangga, Dan Pengaturan Pembayaran Sekolah. Metode Penghitungan IDG Memang Masih Mengacu Pada Metodologi Lama Sampai Indeks Ketidaksetaraan Gender IKG Bisa Dihitung. Meski Demikian, Secara Umum Indeks Pemberdayaan Gender Tetap Dapat Memperlihatkan Capaian Pemberdayaan Secara Gender Yang Ada Di Masyarakat. 12 A Na Lis Is P Em Ba Ng Un An M An Us Ia B Er Ba Si S G En De R K Ab Up At En K Ut Ai T Im Ur 2 0 2 1
Ps //K Uti Mk Ab .Bp S.G O.I D Gambaran Umum Gender Di Kutai Timur A Na Lis Is P Em Ba Ng Un An M An Us Ia B Er Ba Si S G En De R K Ab Up At En K Ut Ai T Im Ur 2 0 2 1 Istilah Gender Sangat Terkait Dengan Paradigma Yang Berlaku Pada Masyarakat, Yaitu Perbedaan Fungsi Dan Peran Antara Laki-Laki Dan Perempuan. Di Sebagian Negara-Negara Di Dunia Termasuk Indonesia Yang Memiliki Budaya Patriarki, Perbedaan Tersebut Cukup Jelas Terjadi Di Masyarakat. Pada Praktiknya, Perbedaan Tersebut Sering Menimbulkan Ketidakadilan, Terutama Terhadap Kaum Perempuan Baik Di Lingkungan Rumah Tangga, Pekerjaan, Kehidupan Bermasyarakat, Maupun Bernegara. Diskriminasi Terhadap Perempuan Dalam Kehidupan Melalui Praktik- Praktik Nilai-Nilai Budaya, Sosial Dan Nilai-Nilai Kehidupan Lainnya Tidak Dapat Dihindari. Selama Ini Peran Publik Dan Domestik Menjadi Pembeda Antara Peran Laki-Laki Dan Perempuan Di Masyarakat. Laki-Laki Cenderung Berperan Dalam Aktivitas Publik, Yaitu Aktivitas Yang Dilakukan Di Luar Rumah Dan Bertujuan Mendapatkan Pendapatan. Sedangkan Perempuan Lebih Banyak Dalam Peran Domestik, Yaitu Aktivitas Yang Dilakukan Di Dalam Rumah, Yaitu Mengurus Rumah Tangga Dan Tidak Dimaksudkan Untuk Mendapat Pendapatan. Kedua Peran Ini Dapat Menjelaskan Perbedaan Peran Gender Dalam Masyarakat Selama Ini. Secara Umum, Perempuan Lebih Berperan Secaradomestik Dibandingkan Publik. Hal Ini Tidak Terlepas Dengan Kodrat Perempuan Untuk Mengurus Rumah Tangga. Sementara Untuk Mencari Nafkah Keluarga Menjadi Tanggung Jawab Laki-Laki. Banyak Pandangan Mengenai Perempuan Bahwa Perempuan Hanyalah Pendamping Hidup, Bersifat Lemah, Selalu Memakai Perasaan, Berpikiran Sempit Dan Lain Sebagainya. Disamping Itu Budaya Patriarki Yang Masih Kuat Berkembang Pada Masyarakat Indonesia,Terkadang Menempatkan Perempuan Pada Posisi Nomor Dua. Salah Satunya Adalah Kurang Diakuinya Partisipasi Perempuan Dalam Pengambilan Keputusan Sehingga Kepentingannya Belum Banyak Terwakili. Hal Ini Juga Berdampak Pada Ketidaksetaraan Perempuan Dibandingkan Dengan Laki-Laki. 13
Ps //K Uti Mk Ab .Bp S.G O.I D 14 A Na Lis Is P Em Ba Ng Un An M An Us Ia B Er Ba Si S G En De R K Ab Up At En K Ut Ai T Im Ur 2 0 2 1 Pada Perkembangannya, Saat Ini Perempuan Indonesia Sudah Memberikan Sumbangan Besar Bagi Kesejahteraan Keluarga Dan Pembangunan Masyarakat. Terlihat Dari Banyaknya Perempuan Yang Berkarya Dan Bekerja Untuk Menambah Penghasilan Keluarga. Bahkan Banyak Perempuan Yang Menjadi Tulang Punggung Keluarga Karena Suami Tidak Bekerja Atau Menjadi Orang Tua Tunggal. Di Samping Itu Banyak Prestasi-Prestasi Yang Diperoleh Para Perempuan Indonesia Pada Level Nasional Maupun Internasional. Potensi Yang Dimiliki Oleh Perempuan Indonesia, Tidak Kalah Dengan Laki-Laki. Semakin Banyak Kesempatan Yang Diberikan Pada Perempuan Untuk Peran Publik, Maka Akan Meningkatkan Kemakmuran Masyarakat Indonesia. Mengingat Jumlah Penduduk Perempuan Hampir Sama Dengan Penduduk Laki-Laki. 3.1 Komposisi Penduduk Penduduk Merupakan Komponen Utama Dalam Pembangunan Nasional Yang Tidak Hanya Digunakan Sebagai Alat Pembangunan Tapi Juga Sebagai Sasaran Dalam Pembangunan. Menurut Hasil SP2020 Jumlah Penduduk Kutai Timur Sebesar 434 459 Jiwa Atau Sekitar 11,54 Persen Dari Total Penduduk Provinsi Kalimantan Timur Pada Tahun 2020. Jumlah Penduduk Laki-Laki Di Kutai Timur Tercatat Sebanyak 234 761 Jiwa Atau 54,04 Persen Dari Penduduk Kutai Timur. Sementara Jumlah Penduduk Perempuan Di Kutai Timur Menurut Hasil SP2020 Sebanyak 199 698 Jiwa, Atau Sekitar 45,96 Persen Dari Penduduk Kutai Timur. 0- 4 5- 9 10 -14 15 -19 20 -2 4 25 -2 9 30 -3 4 35 -3 9 40 -4 4 45 -4 9 50 -5 4 55 -5 9 60 -6 4 65 -6 9 70 -7 4 75 200 150 100 50 0 Gambar 3.1. Rasio Jenis Kelamin Menurut Kelompok Umur, 2020 Sumber BPS Kabupaten Kutai Timur, 2020
Ps //K Uti Mk Ab .Bp S.G O.I D 0 50 100 150 Kaliorang Bengalon Sandaran Telen Muara Wahau Busang Teluk Pandan Karangan Kaubun Sangkulirang Kutai Timur Muara Ancalong Sangatta Utara Sangatta Selatan Long Mesangat Rantau Pulung Batu Ampar Kongbeng Muara Bengkal Dari Kedua Informasi Tersebut, Dapat Disimpulkan Bahwa Rasio Jenis Kelamin Penduduk Kutai Timur Sebesar 117,56 Yang Artinya Terdapat 117 Laki-Laki Per 100 Perempuan Di Kalimantan Timur Pada Tahun 2020. Hal Tersebut Menunjukkan Bahwa Jumlah Penduduk Laki-Laki Lebih Besar Dibanding Dengan Penduduk Perempuan. 117,56 A Na Lis Is P Em Ba Ng Un An M An Us Ia B Er Ba Si S G En De R K Ab Up At En K Ut Ai T Im Ur 2 0 2 1 Gambar 3.2. Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan Di Kutai Timur, 2020 Rasio Jenis Kelamin Bervariasi Menurut Kelompok Umur Maupun Kecamatan. Hasil SP2020 Menunjukkan Rasio Jenis Kelamin Di Seluruh Kecamatan Secara Umum Selaras Dengan Level Kabupaten, Yaitu Penduduk Laki-Laki Lebih Besar Daripada Perempuan. Rasio Jenis Kelamin Tertinggi Dicatat Oleh Kecamatan Kaliorang 128,97 Dan Terendah Ditemukan Di Kecamatan Muara Bengkal 111,10. Terdapat 10 Kecamatan Yang Memiliki Rasio Lebih Tinggi Dari Level Kabupaten, Dan 8 Kecamatan Berada Dibawahnya. Sumber BPS Kabupaten Kutai Timur, 2020 15
Ps //K Uti Mk Ab .Bp S.G O.I D 16 A Na Lis Is P Em Ba Ng Un An M An Us Ia B Er Ba Si S G En De R K Ab Up At En K Ut Ai T Im Ur 2 0 2 1 Sumber BPS Kabupaten Kutai Timur, 2020 Tak Kalah Penting Peran Perempuan Adalah Dalam Sisi Produktivitas, Yaitu Sebagai Penyumbang Angkatan Kerja. Dari Komposisi Penduduk, Usia Produktif Penduduk, Yaitu Pada Kelompok Usia 15-64 Tahun, Didominasi Oleh Kaum Perempuan. Komposisi Penduduk Perempuan Yang Besar Merupakan Aset Dan Potensi Wilayah, Namun Sebaliknya, Jika Perempuan Tidak Mampu Berkarya Secara Produktif, Baik Untuk Pribadi, Keluarga Maupun Ranah Masyarakat, Maka Justru Akan Menjadi Beban Bagi Wilayah Gambar 3.3. Piramida Penduduk Kutai Timur, 2020
Ps //K Uti Mk Ab .Bp S.G O.I D Tingkat Kesehatan Merupakan Indikator Penting Untuk Menggambarkan Kualitas Pembangunan Manusia Suatu Wilayah. Masyarakat Yang Sehat Akan Berdampak Pada Meningkatnya Produktivitas Dan Pada Akhirnya Mendukung Membaiknya Proses Serta Dinamika Pembangunan Ekonomi Suatu Negara/Wilayah. Pemerintah Provinsi Kutai Timur Menuangkan Program Kesehatan Dalam RPJPD 2005-2025 Dan Dalam Pelaksanaannya Pemerintah Sudah Melakukan Berbagai Program Kesehatan Untuk Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Khususnya Memberikan Kemudahan Akses Pelayanan Publik Bidang Kesehatan Seperti Puskesmas Yang Sasaran Utamanya Menurunkan Angka Kesakitan Masyarakat, Menurunkan Angka Kematian Ibu Dan Bayi, Menurunkan Prevalensi Gizi Buruk Dan Gizi Kurang Serta Meningkatkan Usia Harapan Hidup. Upaya Pemerintah Melalui Program-Program Pembangunan Yang Telah Dilakukan Diantaranya Meningkatkan Akses Masyarakat Terhadap Fasilitas Kesehatan Dan Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu, Berkualitas, Merata Serta Terjangkau, Dengan Memberikan Pelayanan Kesehatan Gratis Bagi Penduduk Miskin, Menyediakan Sumber Daya Kesehatan Yang Kompeten Dan Mendistribusikan Tenaga Kesehatan Secara Merata Ke Seluruh Wilayah, Meningkatkan Sarana Dan Prasarana Kesehatan Melalui Pembangunan Puskesmas, Rumah Sakit, Polindes Dan Posyandu Serta Menyediakan Obat-Obatan Yang Terjangkau Oleh Masyarakat. A Na Lis Is P Em Ba Ng Un An M An Us Ia B Er Ba Si S G En De R K Ab Up At En K Ut Ai T Im Ur 2 0 2 1 3.2 Kesehatan 3.2.1 Kualitas Kesehatan Masyarakat Faktor Biologis Dan Gaya Hidup Mempengaruhi Kualitas Kesehatan Masyarakat. Daya Tahan Perempuan Lebih Baik Dibanding Laki-Laki. Dari Sejak Masa Di Dalam Kandungan Hingga Lahir, Laki-Laki Lebih Rentan Terhadap Infeksi Prenatal Atau Masalah Lain Di Dalam Kandungan. Dari Segi Kromosom, Sejak Lahir Wanita Dibekali Sepasang Kromosom X Yang Mengandung Sekitar 1100 Gen, Selain Berperan Penting Dalam Pengaturan Hormone. Kromosom X Juga Berperan Dalamfungsi Vital Tubuh Lainnya, Sementara Pada Laki-Laki Yang Memiliki Kromosom Y Hanya Mengandung Sekitar 100 Gen. Meski Perempuan Memiliki Usia Harapan Hidup Yang Lebih Tinggi Dari Laki- Laki, Namun Secara Umum Perempuan Lebih Sensitif Terhadap Rasa Sakit. Kondisi Ini Terlihat Dari Data Keluhan Kesehatan. Dalam Kurun Waktu 2019 Hingga 2021, Persentase Perempuan Yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Lebih Banyak Dibanding Laki- Laki. Selama Kurun Waktu Tersebut, Penduduk Yang Mengalami Keluhan Kesehatan Baik Pada Penduduk Perempuan Maupun Laki-Laki Berfluktuasi Dan Cenderung Melambat. 17
Ps //K Uti Mk Ab .Bp S.G O.I D Laki-Laki Perempuan 2019 2020 2021 15 10 5 0 18 A Na Lis Is P Em Ba Ng Un An M An Us Ia B Er Ba Si S G En De R K Ab Up At En K Ut Ai T Im Ur 2 0 2 1 Gambar 3.4. Persentase Penduduk Yang Mengalami Keluhan Kesehatan Dalam Sebulan Terakhir Menurut Jenis Kelamin Di Kutai Timur, 2019-2021 Sumber BPS Kabupaten Kutai Timur, 2019-2021 Merujuk Pada Konsep Yang Diterapkan Oleh BPS Dalam Susenas, Morbiditas Angka Kesakitan Menunjukkan Adanya Gangguan/Keluhan Kesehatan Yang Mengakibatkan Terganggunya Aktivitas Sehari-Hari, Baik Dalam Melakukan Pekerjaan, Bersekolah, Mengurus Rumah Tangga Maupun Melakukan Aktivitas Lainnya. Pada Umumnya Keluhan Kesehatan Yang Mengindikasikan Adanya Suatu Penyakit Yang Biasa Dialami Oleh Penduduk Adalah Panas, Batuk, Pilek, Asma/Napas Sesak, Diare, Sakit Kepala Berulang, Sakit Gigi, Campak, Dll. Semakin Banyak Penduduk Yang Mengalami Gangguan Kesehatan Berarti Derajat Kesehatan Di Wilayah Tersebut Semakin Rendah Atau Menunjukkan Bahwa Angka Kesakitan Di Wilayah Tersebut Tinggi Penduduknya Banyak Yang Mengalami Sakit.
Ps //K Uti Mk Ab .Bp S.G O.I D A Na Lis Is P Em Ba Ng Un An M An Us Ia B Er Ba Si S G En De R K Ab Up At En K Ut Ai T Im Ur 2 0 2 1 Para Ahli Menemukan Bahwa Wanita Memiliki Risiko Lebih Besar Untuk Sakit Jika Dibandingkan Dengan Pria. Temuan Ini Bahkan Diperkuat Dengan Penelitian Yang Dilakukan Pada Beberapa Wanita Di Amerika Serikat. Dari Beberapa Ribu Wanita Yang Diteliti, Para Ahli Menemukan Bahwa Setidaknya Ada 81 Persen Wanita Yang Mengalami Sakit Kepala Dalam Kurun Waktu Satu Tahun Terakhir. Sementara Untuk Pria, Hanya 68 Persen Pria Yang Merasakan Sakit Yang Sama. Studi Lain Juga Menemukan Bahwa Hampir 57 Persen Wanita Merasakan Sakit Punggung. Untuk Pria, Hanya 50 Persen Saja Yang Merasakan Sakit Punggung. Tak Hanya Sakit Kepala Dan Punggung, Studi Juga Menyebutkan Bahwa Wanita Rentan Terhadap Sakit Lain. 3.2.2 Akses Kesehatan Masyarakat Akses Penduduk Dalam Memanfaatkan Tenaga Kesehatan Dapat Dilihat Dari Ketersediaan/Kemudahan Mencapai Fasilitas/Tempat Dan Tenaga Kesehatan Sebagai Rujukan Penduduk Jika Mengalami Keluhan Sakit Hingga Harus Pergi Berobat. Dari Informasi Tersebut Dapat Teridentifikasi Berbagai Masalah Yang Dihadapi Penduduk Dalam Mengakses Dan Memanfaatkan Fasilitas Serta Pelayanan Kesehatan. Ketersediaan Serta Keterjangkauan Fasilitas Dan Sarana Kesehatan Merupakan Salah Satu Faktor Yang Penting Untuk Diperhatikan. Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Seperti Rumah Sakit Dan Puskesmas Dalam Pelayanan Kesehatan Penduduk Menjadi Suatu Keharusan. Selain Jumlah Fasilitas Kesehatan Yang Tersedia, Derajat Kesehatan Penduduk Tercermin Dari Persentase Penduduk Yang Berobat Ke Fasilitas Kesehatan. Pemerintah Harus Meningkatkan Akses Masyarakat Terhadap Fasilitas Kesehatan Dan Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu Dan Berkualitas, Merata Serta Terjangkau. Beberapa Faktor Yang Menjadi Pertimbangan Penduduk Dalam Akses Fasilitas Kesehatan Antara Lain Jarak Tempat Tinggal Dengan Letak Sarana Pelayanan Kesehatan, Kualitas Pelayanan, Serta Jenis Pelayanan Kesehatan. Dalam Kurun Waktu 2019-2021 Baik Penduduk Laki-Laki Maupun Perempuan Yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Memiliki Kecenderungan Mengalami Penurunan Persentase Yang Melakukan Berobat Jalan. Sedangkan Pada Tahun 2020, Terjadi Penurunan Persentase Penduduk Yang Melakukan Berobat Jalan. Ada Dugaan Bahwa Selama Pandemi Covid- 19, Penduduk Yang Mengalami Sakit Menghindari Berobat Jalan. Hal Ini Bisa Terjadi Sebagai Akibat Kekhawatiran Penduduk, Agar Tidak Terinfeksi Virus Covid-19 Di Fasilitas Kesehatan. 19